Adityo Legowo | 18 Desember 2024
Pada kesempatan ini, saya mau berbagi informasi tentang teknik dasar untuk penerapan side chain menggunakan compressor. Bagi yang sudah pernah belajar audio khususnya produksi musik, tentunya istilah tersebut sudah tidak asing karena merupakan salah satu wawasan yang berguna. Oleh karena itu uraian ini bisa diterapkan pada bidang produksi musik karena sejauh ini pengalaman saya memproduksi musik juga menggunakan teknik ini. Adapun jika bisa diterapkan ke bidang lain oleh pembaca, hal itu merupakan bonus yang saya lihat istimewa karena berbekal ilmu audio ternyata bisa digunakan ke bidang lain.
BACA JUGA : MENGAPA ORANG MENDENGARKAN MUSIK
Sebagai awalan saya mengutip pernyataan David Gibson bahwa menata audio bisa diumpamakan seperti membuat patung tiga dimensi (Gibson, 1997) hal.19. Tiga dimensi berarti ada sisi depan belakang, kiri kanan dan atas bawah. Depan belakang berhubungan dengan loudness/keras lemahnya suara, kiri kanan berhubungan dengan panning dan atas bawah berhubungan dengan frekuensi. Sisi-sisi tersebut hendaknya dicampur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi tumpang tindih bunyi satu dengan lainnya. Karena penataan bunyi dianalogikan sebagaimana seni tiga dimensi, maka seorang engineer diharapkan mempunyai imajinasi tersebut untuk memudahkan pekerjaan agar terdengar jelas semua. Jika terjadi tumpang tindih antar audio maka jalur audio yang didengar menjadi terganggu. Memang dalam musik ada jalur bunyi yang harus dipertahankan (primer). Sebagai contoh dalam musik homofoni, jika disederhanakan terdapat jalur melodi dan iringan. Melihat kedua jalur tersebut tentunya jalur melodi (primer) yang harus dipertahankan karena dalam melodi terkandung tema utama sedangkan iringan bersifat sekunder. Nah, saat mengerjakan mixing hendaknya punya pertimbangan-pertimbangan tersebut.
Tiap jalur bunyi yang terdapat pada track sudah membawa dimensi yang telah disebutkan sebelumnya. Semisal jalur bunyi track melodi, sudah terdapat frekuensi-frekuensi, loudness dan titik tempat dari mana bunyi tersebut berasal. Permasalahan muncul ketika mau mencampur beberapa track bunyi sedangkan kondisinya berada pada frekuensi, loudness dan asal yang sama. Hal tersebut tentunya menjadikan antar jalur saling tumpang tindih satu sama lain. Tumpang tindih yang dimaksudkan yaitu bunyi satu track menutup track lain. Adapun seberapa target dari track yang akan dimuncul disesuaikan dengan selera / kebutuhan musik tersebut.
Gambar tampilan 3 track
Compressor merupakan alat yang berfungsi untuk mengkompres audio dalam hal dinamika (keras lemahnya audio) sehingga dapat digunakan untuk mengkontrol tingkat loudness pada sinyal audio (Inc., 2013) hal. 84. Kontrol tersebut merujuk pada kasus jika sinyal loudness pada audio melebihi ambang batas dari nilai yang ditentukan, maka kelebihannya bisa dipotong. Begitu pula sebaliknya jika loudness terlalu lemah maka bisa ditingkatkan. Dengan kata lain alat ini berguna untuk mengurangi loudness yang terlalu kuat dan menambah loudness yang terlalu lemah atau menstabilkan dinamika. Maka dari alat ini berfungsi untuk memfokuskan track audio yang sedang dicampur.
Ada dua jenis compressor dilihat dari sistem dasar kerjanya yaitu analog dan digital. Secara tujuan dasarnya, kedua jenis tersebut sama. Dalam konteks ini, saya membahas compressor digital dalam bentuk software VST (Virtual Studio Technology) atau virtual audio processor yang ada pada DAW (Digital Audio Workstation) logic pro X. Adapun alasannya karena saya mengerjakan proyek komposisi menggunakan software tersebut dengan kata lain lebih akrab dengan software ini dan tidak ada maksud lain. Terdapat beberapa macam compressor bawaan logic pro x antara lain Platinum, Studio, Vintage VCA, FET, dan Vintage Opto. Pada dasarnya secara fungsi sama. Saya memilih compressor jenis platinum digital bawaan dari DAW logic pro x. Berikut ini kita lihat tampilanya.
Gambar tampilan compressor
Pengaturan Threshold dan rasio. Tetapkan dulu nilai Threshold mau berapa dB semisal -20 dB. Sinyal yang melampaui level decibel tersebut akan dikurangi sesuai dengan perbandingan rasio. Parameter rasio merupakan persentase dari level keseluruhan kerja compressor. Semakin besar sinyal yang melampaui ambang batas, maka semakin berkurang sinyalnya. Rasio 4:1 berarti bahwa peningkatan input 4 dB akan menghasilkan output sebesar 1 dB. Berarti semisal ada sinyal masuk -16 dB sedangkan penetapan Threshold -20 dB dengan rasio 4 : 1 maka akan menjadi -19 dB. Perhitunganya ringkasnya – 16 dB – ( – 20 dB ) = 4. Sinyal 4 dB menjadi 1 dB. Maka hasil akhirnya (– 20) + 1 = – 19 dB.
Pengaturan attack dan release. Kedua parameter ini merujuk pada waktu seberapa cepat compressor bekerja (attack) atau melepaskan sinyal (release). Penentuan ini tergantung kerapatan ritme dalam musik. Yang saya gunakan jika karakter kerapatan ritmis dalam musik tersebut padat, maka pengaturan kedua parameter ini dipilih relatif cepat. Hal tersebut berlaku sebaliknya jika kerapatan ritmis renggang maka dipilih pengaturan relatif lambat. Ini bertujuan agar artikulasi ritme terdengar jelas. Selain pengaturan ini tergantung pada materi musik, tergantung juga pada rasio kompresi dan threshold.
Pengaturan knee dilakukan dengan pertimbangan sebelum sampai Threshold apakah sudah mulai terkompres atau belum. Seperti yang telah ditulis bahwa semakin tinggi nilai knee maka semakin lembut untuk sampai Threshold begitu juga sebaliknya. Jika memilih angka 0 berarti tidak ada kompresi sebelum threshold.
Side chain compressor yaitu perubahan level dinamika yang mana mempergunakan channel atau track lain sebagai sumber kontrol kompresi (Inc., 2013) hal. 87. Misalnya, dinamika kick dapat digunakan untuk mengontrol kompresi pada bass. Kick dalam konteks ini yang akan dijadikan suara primer, sedangkan synth sekunder. Kompresi synth akan terjadi saat suara kick muncul. Dengan begitu maka setiap kali kick berbunyi, synth otomatis akan terkompres atau level loudness turun dengan sindirinya.
Pertama-tama saya mendengarkan komposisi yang sudah dibuat. Hasil dari apa yang didengarkan, didapatkan beberapa titik terdengar bunyi yang tidak begitu jelas. Tiap kali kick dan synth berbunyi secara bersama, terdengar kabur. Ketidakjelasan bunyi yang dimaksudkan yaitu antara suara kick dan synth power fifth saling tumpang tindih. Kick yang mana secara natural mempunyai attack, decay, sustain, release relatif cepat sedangkan sifat itu berbanding terbalik dengan synth. Akibatnya sifat kick menjadi tidak semestinya karena tertabrak oleh sifat synth begitu pula sebaliknya sehingga instrument yang terdengar tidak fokus.
BACA JUGA : 3 KOMPONIS ASIA YANG HARUS KAMU TAHU
Karena kedua instrument tersebut mempunyai sifat yang berbeda, maka kedua instrument tersebut mempunyai peran yang berbeda dalam membentuk karakter musik. Kick berperan sebagai penjaga tempo, sedangkan synth berperan sebagai iringan. Dalam kasus ini penulis memilih kick sebagai bunyi primer sedangkan synth sebagai sekunder. Karena komposisi yang penulis buat mengutamakan kestabilan tempo. Tentunya penentuan ini bukan sebuah kepastian karena setiap komponis mempunyai konsep dan tujuan masing-masing dalam membuat komposisi.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, secara teknis langkahnya sebagaimana berikut. Pasang compressor pada track sekunder (synth). Pada menu side chain hubungkan dengan track primer (kick) dengan cara lihat side chain kanan atas compressor pilih kick (instrument 1). Dalam konteks ini, saya memilih langsung dihubungkan ke instrument 1 karena tidak membuka jalur bus. Kalau kondisi jalurnya lewat bus, silahkan saja pilih bus. Dengan begitu jalurnya secara otomatis compressor bereaksi untuk mengurangi loudness synth saat kick berbunyi. Pada pengaturan seberapa besar loudness yang mau dikurangi, tergantung pada kasus dan selera masing-masing. Dalam hal ini tidak ada aturan baku.
Pada kali ini, saya berfokus membahas threshold. Di bawah ini terdapat dua gambar (gambar 1 thresshold -50 dB dan gambar 2 thresshold -25 dB) dengan hasil kedalaman grafik yang berbeda. Pada gambar 1, knop thresshold diputar ke kiri sampai angka – 50 dB. Dari situ didapatkan bahwa grafik putih menembus grafik hitam. Adapun suara yang dihasilkan, kick lebih menonjol dari synth. Dugaan saya bahwa grafik putih menunjuk pada kadar loudness kick. Semakin ke dalam grafik yang dihasilkan maka semakin keras juga suara yang dihasilkan. Sedangkan grafik hitam saya menduga merupakan representasi sinyal dari synth. Pada gambar 2 Threshold – 25 terlihat bahwa sinyal putih terpisah di atas sinyal hitam. Bunyi kick yang dihasilkan pada campuran tersebut relatif lebih rendah dari kasus gambar satu. Maka dari itu terdapat hukum bahwa semakin kecil threshold, maka semakin kecil loudness synth dan semakin besar kick. Begitu pula sebaliknya semakin besar Threshold maka semakin kecil bunyi kick dan semakin besar bunyi synth.
Gambar 1 thresshold -50 dB
Gambar 2 thresshold -25 dB
Dari uraian di atas, teknik side chain menggunakan compressor merupakan tawaran yang efektif untuk mengatasi tumpang tindih audio ketika melakukan perkerjaan mixing terutama pada jenis music dubstep atau jika mau diterapkan ke genre musik lainnya juga bisa. Tumpang tindih yang dimaksud dari segi loudness. Adapun takaran dari seberapa besar Threshold tidak bisa dibakukan karena tergantung dari konsep dan selera musik yang ingin dihadirkan. Pada kali ini saya mengatur Threshold – 25 dB karena ukuran tersebut dirasa sudah cukup untuk mengatasi permasalahan. Adapun saya tidak memilih – 50 dB karena kompresi synth dirasa terlalu ekstrem.
BACA JUGA : PERKEMBANGAN TEKNOLOFI & GRAMATIKA MUSIK BARU
Worksheet ini bertujuan untuk membantu kita agar lebih peka terhadap element-element utama musik ketika kita mendengarkan musik.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.