PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN GRAMATIKA MUSIK BARU

Latar Berlakang Berkembangnya Bahasa Artistik Musik Baru

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN GRAMATIKA MUSIK BARU. Perkembangan musik pada abad 20 diwarnai dengan munculnya begitu banyak bahasa artistik yang cukup kontras dengan abad-abad sebelumnya di mana perkembangan bahasa artistik terjadi secara linear.

Abad 20 menjadi titik awal lahirnya musik-musik kontemporer yang bagi orang awam seolah perkembangan tersebut seperti sesuatu yang asing, bahkan bukan lagi tentang musik. Melainkan hanya bunyi-bunyi noise dan suara-suara elektronik yang dianggap bukan musik.

Padahal, musik kontemporer sebagai perkembangan dari masa sebelumnya adalah hal yang biasa-biasa saja dan wajar jika terjadi. Kecanggungan yang dirasakan barangkali terjadi karena ketidaktahuan dan ketertinggalan dari segi pengetahuan dan pengalaman dalam mengikuti perkembangan-perkembangan musik.

Di samping itu ada juga anggapan bahwa musik kontemporer selalu identik dengan aliran Wina ke II. Aliran tersebut mengembangkan bahasa artistik musik yang akrab disebut sebagai musik 12 nada atau Dodekafoni. Aliran Wina ke II dipelopori oleh tiga tokoh utama di dalamnya yaitu Arnold Schoenberg, Alban Berg, dan Anton Webern.

Padahal aliran Wina ke II hanyalah salah satu contoh dari bahasa artistik yang berkembang dan muncul pada abad 20. Bersamaan dengan itu masih banyak sekali bahasa artistik lain yang mewarnai perkembangan musik kontemporer di Eropa.

Beberapa faktor turut melatarbelakangi munculnya banyak bahasa artistik baru. Salah satunya adalah perkembangan teknologi di bidang militer dan industri yang sedang banyak dikembangkan pada masa itu.

Kemajuan Teknologi Sebagai Faktor Berkembangnya Bahasa Musik Baru

Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang begitu pesat di awal abad 20. Perkembangan teknologi ini dipicu oleh adanya persaingan kekuatan global dan konflik geopolitik yang berujung pada perang dunia I dan II. Berkembangnya teknologi yang sangat signifikan ini banyak mempengaruhi aspek-aspek sosial dan kultural, tidak terlepas dari itu bidang musik.

Gejalanya dapat dilihat pada banyaknya pengembangan dan upaya inovasi yang dilakukan oleh para komponis di Eropa dalam menemukan bahasa artistik atau gramatika musik baru. Walaupun beberapa arsip karya komponis awal abad 20 dari negara-negara blok komunis (misal: Rusia) baru bisa diakses dan ditemukan sekitar tahun 1990 setelah mereka bersikap lebih transparan.

Semangat inovasi artistik tersebut bisa dilihat sebagai wujud dari ketakjuban akan kecanggihan teknologi senjata yang pada saat itu sedang banyak dikembangkan, merespon situasi dunia yang dilanda krisis akibat kompetisi kekuatan militer negara-negara adi daya.

Aliran Futurisme, Militer, dan Industri

Misalnya dari kemunculan aliran ‘Futurisme‘ di Itali dan juga di Rusia. Aliran ini berasosiasi dengan kecanggihan mesin-mesin industri dan militer (estetika teknologi).

Ternyata bagaimana bunyi noise dielaborasi sebagai bahan kompositoris musik sudah dilakukan sejak saat itu meskipun belum ada perangkat musik elektronik seperti keyboard maupun synthesizer. Hanya alat musik standar dari orkes, namun digunakan untuk mehasilkan bunyi-bunyian baru merespon teknologi yang sedang berkembang. Dan elaborasi instrumen perkusi menjadi salah satu yang cukup mewarnai kecenderungan estetis ini pada saat itu.

Beberapa komponis pada awal abad 20 (tahun 1913-1920`an) sudah cenderung mengimplementasikan bagaimana emansipasi bunyi noise ke dalam musik-musiknya. Misalnya Luigi Russolo di Itali, Alexander Mosolov di Rusia, Arthur Honneger dan Edgar Varese di Perancis.

DENGARKAN JUGA : BAHASA MUSIK ABAD 20

Perkembangan-perkembangan yang mengawali musik kontemporer di atas juga bisa disebut sebagai ‘Tradisi Klasik Modern’.

Beberapa aliran tersebut hanyalah sebagian contoh kecil yang manandakan praktik komposisi sejak 1920 (bukan 1950!) sudah tidak lagi berkembang dari satu benang merah saja. Melainkan banyak sekali bermunculan bahasa artistik baru, mungkin ratusan jumlahnya. Atau bisa dikatakan pada masa ini muncul semacam individualisme, di mana komponis cenderung mengembangkan bahasa artistiknya sendiri-sendiri.

Kemunculan berbagai keanekaragaman estetis ini perlu diperhatikan dan menjadi penting untuk memahami dan mempersiapkan yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah Perang Dunia II

Pada masa setelah perang ini, negara-negara pemenang perang berupaya membangun kembali berbagai aspek kehidupan dari awal. Bukan hanya aspek ekonomi dan sosial, tetapi juga budaya. Dalam rangka itu, banyak dibangun stasiun-stasiun radio dan TV (1950-1980`an) untuk tujuan ini. Lebih khususnya dengan kewajiban yang dibebankan pada stasiun-stasiun radio untuk memutar segala jenis musik-musik, terutama yang tidak begitu populer seperti musik kontemporer dan jazz.

Momen ini merupakan momen penting bagi berkembangnya musik kontemporer di seluruh Eropa.

Individualisme Komponis dalam Mengembangkan Bahasa Musikal

Setelah Perang Dunia II, perkembangan komposisi di Eropa masih dengan keberagaman yang banyak sekali jumlahnya. Dan sekarang kita tidak bisa melihat keberagaman tersebut sebagai suatu perkembangan dari satu benang merah. Dengan kata lain tidak ada satu kategori aliran yang pasti. Karena yang sekarang bisa diketahui adalah kecenderungan individualisme para komponis dalam mengembangkan bahasa artistiknya masing-masing.

Meskipun ada upaya-upaya dari para musikolog mengkategorisasi berbagai bahasa komposisi yang baru muncul, misalnya aliran Postmodernisme dan ‘Modernisme ke 2‘. Namun upaya ini bisa dikatakan tidak lebih dari sekedar cara untuk memudahkan dalam menunjuk suatu kecenderungan estetis dengan label tertentu.

LIHAT JUGA : MUSIKOLOGI

Di sisi lain, biasanya dalam penulisan sejarah musik sendiri mesti menunggu setidaknya selama 50 tahun sebelum bisa melakukan pemetaan musik-musik. Dengan kata lain, upaya pemetaan baru bisa dilakukan setelah dikethui arti penting dan pengaruh musik-musik tertentu di masa-masa setelah kemunculannya.

Musik Konkret Instrumental

Contoh yang berkembang saat itu (1960-1970`an) dari seorang komponis Jerman, bernama Helmut Lachenmann. Komposisinya dikenal sebagai musik konkret instrumental.

Musik konkret sendiri adalah satu aliran di Perancis di mana bunyi-bunyian konkret (suara mobil, kereta api) diambil dan diolah secara elektronik seperti kolase. Namun istilah ini dipinjam oleh Helmut Lachenmann yang justru kembali menggunakan instrumen konvensional (string, tiup, perkusi) namun tidak lagi dimainkan secara konvensional untuk menghasilkan efek-efek suara yang tidak biasa (musik konkret instrumental).

Crossover

Ada juga kecenderungan estetis yang cukup berkebalikan dengan Lachenmann, yaitu aliran Crossover. Salah satu contoh komponisnya yaitu Moritz Eggert Aliran ini bertolak dari berbagai kecenderungan estetis musik-musik dari berbagai genre (crossover), yang kemudian dikembangkan lebih jauh. Misalnya kecenderungan estetis dari musik-musik lampau (Renaisans, Barok), musik Populer, dan lain sebagainya.

Kompleksitas Baru

Kemudian ada lagi jenis musik yang disebut Kompleksitas Baru, dengan salah satu tokohnya bernama Clause Mahnkopf. Namun sayangnya inovasi yang dibuat oleh aliran ini bisa dikatakan tidak begitu signifikan karena tingkat kompleksitas yang terlihat pada penulisan notasinya bisa dikatakan tidak sebanding dengan kompleksitas bunyi yang dihasilkan.

Musik Spektral di Perancis

Musik-musik baru juga berkembang dengan subur di Perancis. Salah satunya adalah musik Spektral. Perkembangan musik Spektral cukup logis terjadi di Perancis karena dari dahulu musik di Perancis banyak menekankan aspek warna suara. Spektralisme sederhananya bisa dikatakan sebagai elaborasi struktur dua parsial dari 2 bunyi, alat, ataupun akor sebagai landasan kompositorisnya.

Eksperimen dan perkembangan musik spektral berawal dari hasil penelitian akustik di IRCAM, Paris. Salah satu komponis ternama yang mengimplementasikan penelitian tersebut sebagai bahan kompositoris bernama Gerard Grisey.

Lebih jauh, Spektralisme secara tidak langsung berkaitan dengan Micro Intervalis karena pada seri parsial yang ke 7, frekuensi nada sudah tidak lagi sesuai dengan well-tempered system.

Komponis yang mengelaborasi Mikro Intervalis misalnya Philippe Manoury. Ia menggunakan aspek spektral sebagai landasan awal, namun secara khusus dikembangkan dengan sistem Micro Intervalis, yaitu penyusunan interval-interval yang menyimpang dari sistem well-tempered tuning.

Mikro Intervalis sendiri banyak dikembangan oleh berbagai komponis, dengan referensi musik-musik (modal) di Asia seperti Arab dan India, namun ada juga yang tidak mengacu kemanapun melainkan dengan pendekatan personalnya sendiri.

Ada contoh lain dari Dieter Mack dalam menggunakan unsur spektral. Berbeda dengan kebanyakan komponis spektral pada umumnya (Perancis) yang fokus pada warna suara, ia justru fokus lebih banyak pada pengolahan ritmik.

Melihat Kebaruan dan Bahasa Artistik Komponis

Demikianlah salah satu bentuk individualisme komponis yang bisa dicontohkan dari upaya-upaya mereka merespon kebaruan yang muncul, yaitu pada kasus spektral. Barangkali komponis yang satu menggunakan unsur spektral namun dikembangkan dengan cara A, sedangkan yang lainnya menggunakan cara B, dan seterusnya.

Begitu juga terjadi pada kasus kebaruan bahasa artistik lainnya. Sehingga memang dalam memetakan musik kontemporer saat ini jauh lebih penting memperhatikan keanekaragaman ini ketimbang melihatnya sebagai satu kategori aliran yang sama.

Sebagai penutup, pada perkembangan yang belum lama ini terjadi, muncul yang disebut New Conceptionalism. Beberapa komponis yang berada di jalan ini antara lain seperti Johannes Kreidler dan Alexander Schubert. New Conceptionalism menawarkan perluasan elemen komposisi karena turut menyediakan pengalaman lain dari elemen visual dan ruang, selain pengalaman bunyi sendiri.

30 November 2021

Judul Asli: Peta Musik Kontemporer

Sumber: Dokumentasi, Ceramah Komposisi October Meeting 2016

Pembicara: Dieter Mack

Abstraksi Magazine ini memuat wawasan mendasar tentang pelaku-pelaku musik, khususnya pendengar dan pemain musik, serta hal-hal yang mereka lakukan dalam kegiatan musikal.

Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.

Abstraksi musik adalah start-up media musik yang berfokus pada pemberdayaan dan pengembangan ekosistem musik di Indonesia.

Download

Follow Abstraksi

© Abstraksi Musik.