ORKES SIMFONI INDIKATOR NEGARA MAJU?

Henry Yuda Oktadus | 22 Desember 2024

ORKES SIMFONI INDIKATOR NEGARA MAJU?

Pagelaran musik Simfoni terkenal bukan saja soal kemegahan dan kemewahan artistiknya, namun terkenal dengan biaya produksinya yang memakan begitu banyak biaya. Menurut keterangan yang disampaikan Suka Hardjana dalam esainya, bahkan jarang sekali ada orkes simfoni yang dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya hanya dengan mengandalkan hasil penjualan tiket pagelaran. Keberlangsungan hidup sebuah kelompok orkes simfoni biasanya didukung dari alokasi anggaran yang dipungut dari dana kolektif seperti pajak dan filantrofi. Meskipun demikian mahalnya, keberadaanya tetap dipertahankan bahkan hingga saat ini. Mengapa?

ORKES SIMFONI DI NEGARA MAJU

Ya, memang tidak semua negara bisa membentuk bahkan mempertahankan kelompok orkes simfoni sebesar itu mengingat besarnya biaya pemeliharaan. Akan tetapi pertanyaan yang mengusik benak kita ialah seputar alasan di balik orientasi atau tujuan pemeliharaan orkes simfoni semacam itu. Jika memang tidak ada gunanya sama sekali, apakah mungkin negara-negara maju yang mutakhir dalam hal pengetahuan dan teknologi akan begitu sembrononya dalam mengalokasikan kas negara hanya untuk dihamburkan melalui pengadaan kegiatan yang sama sekali tidak berguna? Tentu kita boleh menyangsikan hal itu. Singkat kata, “simfoni orkestra memang mahal namun perlu”, begitu kata Suka Hardjana. Namun tujuan pasti yang menjadi latar belakang negara-negara maju menggelontorkan sekian banyak biaya hanya untuk kelangsungan hidup segelintir kelompok orkes simfoni masih menjadi misteri.

Bisa dikatakan hampir tidak pernah kita dengar alasan yang disampaikan terang-terangan dan maksuk di akal. Jarang, kita medapatkan jawaban yang memuaskan karena kita juga tidak bisa merasakan manfaat langsung dari adanya pagelaran orkes simfoni secara rutin. Hal ini juga menjadi masalah tersendiri bagi kita yang dengan sialnya merupakan warga negara berkembang. Negara berkembang mungkin masih bisa mengadakan pagelaran orkes simfoni yang begitu megahnya meskipun jika secara rutin belum tentu. Pernah menonton satu dua kali mungkin sudah merupakan keberuntungan?

MENGAPA ORKES SIMFONI?

Orkes simfoni sendiri ialah sebuah format pagelaran musik. Orkes simfoni bisa terdiri dari 100 orang pemain bahkan lebih. Di dalamnya terdapat beberapa partisi kelompok instrumen musik yang berbeda, menghasilkan berbagai timbre instrumen yang berbeda, dan register suara yang juga bermacam-macam. Kompleksitas pengaturan format simfoni memiliki keuntungan dari sisi artistik di samping beban pembiayaannya yang begitu mahal. Khususnya kekayaan pengalaman musikal yang bisa diperoleh pendengarnya. Keuntungan ini juga banyak dirasakan para komponis inovatif untuk mencapai puncak artistik yang diinginkan, melampaui imajinasi kolektif yang selama ini dibayangkan tentang musik. “Lautan bunyi”, itulah satu pernyataan yang menyimpulkan keseluruhan pengalaman dari orang yang pernah menyaksikan pagelaran orkes simfoni. Bukan hanya timbre dan register suara yang banyak sekali variasinya, namun juga luasanya dinamika, kepadatan, dan intensitas. Tidak semua format pagelaran musik menyediakan pengalaman musikal semacam ini, termasuk pagelaran musik populer. Namun sekali lagi, apa gunanya semua itu?

Di samping banyaknya penelitian yang menunjukan berbagai macam manfaat musik, namun masih banyak yang perlu dipastikan kembali. Selain itu jikapun benar bahwa musik banyak membawa manfaat, musik tidak harus selalu berasosiasi dengan format orkes simfoni. Jika memang belum ada jawaban pasti seberapa penting orkes simfoni yang bisa kita lakukan tidak lain hanya sekedar memperkirakan dari beberapa petunjuk yang tersedia.

Di negara-negara Eropa dikatakan bahwa orkes simfoni dipelihara dan dipertahankan hingga kini sebagai lambang kemajuan. Pernyataan tersebut tidak begitu saja jelas dengan sendirinya bagi orang yang mendengarnya. Orang musik sendiri belum tentu mau repot-repot memahami pernyataan itu, apalagi orang dari bidang yang berbeda. Namun bila kita refleksikan, fenomena ini serupa dengan fakta bahwa seni selama ini biasanya cenderung dekat dengan orang-orang berduit, kecuali kesenian rakyat yang mempunyai sejarah, peran, dan fungsinya sendiri sebagai bagian dari ajang selebrasi kolektif atau sebagai bagian dari tata cara ritual tradisional. Penikmat seni dan kolektor lukisan datang dari kalangan pengusaha sukses atau para pejabat negara. Hal ini terbilang masuk akal mengingat barang seni bisa dikategorikan sebagai barang kebutuhan tersier, bahkan hobi (hobi yang mahal). Hanya orang-orang yang segala urusan mendasarnya telah tuntas baru akan repot-repot berpikir akan kebutuhan tersier mereka. Pada saat itulah mereka baru akan mencari kebutuhan lain yang belum terpenuhi, ialah kebutuhan yang dianggap paling tidak vital untuk bertahan hidup. Seni adalah barang terakhir yang dipikirkan manusia ketika kebutuhan survival seseorang sudah bukan lagi merupakan masalah. Maka tidak heran ketika sesorang mengatakan bahwa sesorang itu hebat jika mereka memiliki banyak koleksi barang antik, atau seni. Orang tahu bahwa mereka yang telah berpikir sampai sana dan mampu mengalokasikan sejumlah besar dana untuk hal itu tandanya orang tersebut sudah lebih dari sekedar berkecukupan.

Seni dalam perkembangannya di Eropa erat sekali dengan budaya istana dan gereja. Menurut sejarahnya melalui kedua lembaga itulah seni dipelihara dan dipraktikan. Bukanlah sebuah rahasia jika kedua lembaga tersebut merupakan lembaga yang tidak perlu repot mengkhawatirkan keberlangsungan hidupnya jika dilihat dari sisi mendasar.

ORKES SIMFONI DAN SURPLUS KEKAYAAN

Hal serupa berlaku dalam bentuk pemerintahan modern saat ini, bahwa hanya dengan pendapatan dan cadangan dana yang besar barulah suatu negara akan mulai berpikir serius mengenai seni. Setelah seseorang, sebuah lembaga, atau sebuah pemerintahan telah mengalami surplus kekayaan, maka yang dipikirkan selanjutnya ialah bagaiamana caranya mempertahankan kekayaan itu selama mungkin. Tidak ada orang yang sudah kaya ingin kembali menjadi orang biasa atau miskin.

Dari sini orang bisa mulai berpikir kembali mengenai kata “pencitraan”. Pemenuhan akan kebutuhan tersier itu kerap diasosiasikan dengan yang namanya pencitraan. Namun apakah pencitraan itu merupakan sesuatu yang selalu tidak bermakna, boros, dan sia-sia? Di samping ini juga ada urusannya dengan kepuasan pribadi. Namun apakah hanya sampai di sana?

Jika kita melihat, dalam dunia bisnis sebuah citra itu sangat penting. Hal itu bisa kita lihat paling umum terjadi dalam bursa saham. Valuasi tinggi-rendah atau naik turunnya nilai saham itu ternyata sangat rentan dengan yang namanya persepsi publik akan suatu produk atau perusahaan yang memproduksi barang jasa tertentu. Hal itu wajar mengingat dalam pasar saham yang dipertukarkan sesungguhnya itu bukanlah nilai barang secara riil dan di waktu sekarang melainkan nilai barang di masa mendatang alias prospek. Dengan kata lain, pencitraan dalam hal ini urusannya dengan nilai imajinatif yang muncul dari ekspektasi kolektif atas barang, jasa, lembaga, perusahaan, atau negara. Ketika seseorang mempercayakan sejumlah uangnya untuk ditanamkan sebagai modal usaha orang lain, sudah tentu sebelumnya ia telah memperkirakan bagaimana prospek usahanya bisa memberikan keuntungan bagi si pemberi modal. Citra seorang pebisnis maupun perusahaan oleh karena itu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi daya tarik para pemodal yang akan mempercayakan sebagian kekayaannya untuk dikelola menjadi keuntungan.

Sama halnya dengan suatu negara, sebuah negara di era industri saat ini juga dilihat dari kacamata yang sama namun dalam skala yang lebih makro (baca: persaingan dagang antar negara). Negara menaungi sekian ribu perusahaan yang beroperasi di dalamnya. Banyak yang telah menjelaskan bahwa arus besaran investasi pada setiap perusahaan di dalam suatu negara juga terpengaruh oleh berbagai indikator kondusifnya suatu negara untuk berbisnis. Korupsi, stabilitas dan keamanan, kualitas tata kelola, dan seterusnya. Peran citra dalam membangun persepsi publik dan investor inilah yang membuat pencitraan menjadi penting. Lebih jauh penjelasan tentang hal ini bisa dilihat dalam pembahasan di tempat lain. Setidaknya uraian singkat ini berusaha mengilustrasikan bahwa pencitraan sepertinya barang remeh namun ternyata krusial.

Pada intinya negara yang sanggup menggelontorkan sekian banyak dana untuk hal-hal yang sifatnya tersier seperti orkes simfoni itu menandakan kuatnya segala aspek yang dapat mendukung tumbuh kembangnya perekonomian dalam negara tersebut. Mulai dari kualitas SDM, situasi sosial-poltik, dan pengelolaan yang baik sehingga mereka mampu menghasilkan surplus yang luar biasa banyak. Hingga orang akan menangkap bahwa negara tersebut secara prospek ekonomi bisa dikatakan baik alias “hebat”.

Abstraksi Magazine ini memuat wawasan mendasar tentang pelaku-pelaku musik, khususnya pendengar dan pemain musik, serta hal-hal yang mereka lakukan dalam kegiatan musikal.

Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.

Abstraksi musik adalah start-up media musik yang berfokus pada pemberdayaan dan pengembangan ekosistem musik di Indonesia.

Download

Follow Abstraksi

© Abstraksi Musik.