Metaverse, Musik, dan Masa Depannya. Perusahaan raksasa Facebook, Inc. yang bergerak di bidang teknologi dan media sosial baru saja secara resmi mengganti namanya menjadi ‘Meta‘. Menurut keterangan C.E.O nya yang ternama, yaitu Mark Zuckerberg, nama Meta sendiri diambil dari kata metaverse.
Maksud dari perusahaan Facebook mengganti namanya menjadi Meta sendiri adalah untuk merepresentasikan arah dan fokusnya pada pengembangan teknologi yang bisa mewujudkan dunia metaverse di masa depan.
Perubahan nama dan visi baru dari perusahaan ternama ini sempat menjadi pemberitaan yang hangat di berbagai platform media sosial. Tentu tidak mengejutkan mengingat visi ambisius ini terdengar sangat menarik di samping begitu banyak orang yang menggunakan aplikasi-aplikasi media sosial yang dinaungi oleh perusahaan tersebut.
Namun apakah sebenarnya metaverse itu? Mengapa perusahaan tersebut sampai mau repot-repot berganti nama yang terinspirasi dari kata metaverse itu? Tidak lain karena secara potensial masa depan dunia kita akan semakin ditentukan oleh perkembangan teknologi informasi, digitalisasi, dan berbagai pemutakhiran teknologi yang saling berkaitan dengannya.
BACA JUGA : PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN GRAMATIKA MUSIK BARU
Metaverse bisa dilihat sebagai sebuah dunia baru yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi, yaitu dengan pembauran antara ruang maya dengan ruang fisik (mixed reality). Khususnya, di mana ekosistem yang dibangun di atas ruang maya (misalnya: audio-video streaming, panggilan dan konverensi jarak jauh, game, media sosial, virtual reality, dll) bisa dilekatkan langsung pada lingkungan fisik.
Dalam dunia tersebut, cara kita berkegiatan baik itu berkomunikasi, bekerja, belajar, bermain, dan sebagainya dimediasi melalui teknlologi AR (augmented reality, atau teknologi holografi, dan segala jenis teknologi yang menyokongnya.
Artinya, dunia maya yang disokong jaringan internet itu tidak akan lagi sebatas dilihat dalam gadget, namun dilami langsung oleh penginderaan kita secara real time. Misalnya, video call yang langsung memproyeksikan hologram 3 dimensi dari orang yang sedang diajak berinteraksi. Sehingga orang yang sedang melakukan panggilan tadi seolah-olah sedang bertemu langsung satu sama lain untuk mengobrol.
Namun, semua ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru saja dimulai kemarin dan berbagai ilmuan serta lembaga tengah mengembangkannya sejak beberapa dekade lalu.
Menariknya, upaya itu juga telah dicoba implementasikan pada bidang musik. Bahkan dalam beberapa dekade terakhir telah bermunculan konser-konser musik yang hanya menampilkan hologram 3D dari musisi di panggung. Seperti misalnya: Whitney Huston, Michael Jackson, Elvis Presley, dan lain sebagainya.
Yang bisa dipetik dari sini, bahwa tidak bisa dielakan, dunia yang disokong teknologi modern ke depan akan banyak mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk bidang musik.
Pemutakhiran dan penemuan baru di bidang teknologi sangat mempengaruhi segi-segi kehidupan kita. Jika tidak, mengapa jaman cenderung berubah seiring dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi?
Jika kita lihat ke belakang, jaman berubah karena perilaku massa berubah, perilaku massa berubah menyesuaikan adanya pergeseran nilai-nilai, dan pergeseran nilai-nilai itu sedikitnya dipengaruhi munculnya nilai-nilai baru akibat kemunculan teknologi baru yang menawarkan cara baru.
Dalam bidang musik saja, banyak sekali perubahan yang diakibatkan dari adanya perkembangan teknologi ini. Misalnya, teknologi rekaman yang kemudian mempengaruhi persepsi dan standar orang ketika menilai seperti apa permainan musik yang bisa dikatakan baik.
Misalnya, eksekusi nada dengan artikulasi yang jernih, sangat minim kesalahan, kualitas suara yang diamplifikasi, dan lain sebagainya.
Lebih jauh lagi ke belakang, karena adanya pemutakhiran dalam teknologi pembuatan instrumen sehingga mengubah persepsi dan standar orang ketika menilai seperti apa instrumen yang baik itu. Bahkan rekonstruksi instrumen dari masa lampau dibuat berdasarkan temuan tersebut, bukannya mereplika akustik sebagaimana adanya instrumen tersebut dibuat pada masa lalu. Sehingga, dari sisi ini saja (bagi para musikolog membuat klaim otentisitas dari praktik pertunjukannya pun menjadi bermasalah.
Meskipun di sisi lain bisa dimaklumi, karena persepsi dan standar orang pun terlanjur berubah mengikuti nilai-nilai baru seiring munculnya pemutakhiran teknologi pembuatan instrumen (yang mempengaruhi kualitas suara).
BACA JUGA : MUSIKOLOGI, APAKAH ITU?
Di masa inipun kita bisa merasakan dampak dari perkembangan teknologi pada musik. Misalnya distribusi dan bisnis musik yang tidak lagi sepenuhnya dilakukan melalui penjualan keping CD, melainkan melalui berbagai platform audio streaming seperti spotify, joox, youtube music, bandcamp, dan lain sebagainya.
Namun setiap perubahan dimungkinkan karena adanya prasyarat kondisi yang mendahului, bersamaan dengan itu, perubahan juga memunculkan konsekuensi lebih lanjut.
Bisnis dan distribusi musik berubah sedemikian rupa bisa dimungkinkan sedikitnya karena adanya elemen-elemen pendukung seperti media sosial, e-commerce, dan e-payment. Di sisi lain, bisnis tersebut memerlukan elemen pendukung lain, seperti regulasi pembagian hasil dan hak kekayaan intelektual atas produk digital musisi yang diregistrasi pada masing-masing platform.
Tidak hanya sampai situ, satu perkembangan dalam bisnis musik yang berani selangkah lebih ke depan adalah produk NFT.
Beberapa musisi pop ternama dikabarkan juga tengah mencoba membuat produk baru berupa video musik yang turut menampilkan avatar 3D dari musisi (Nigam, 2021). Visualisasi yang mengkonstruksi identitas virtual serta mereplika ekspresi personal musisi diyakini memiliki peluang untuk mendapatkan engagement para penggemarnya.
Sejauh kita merfleksikan sejarah, tidak ada suatu bidang kehidupan yang terus berjalan di tempat. Hampir semua selalu berubah sepanjang waktu mengikuti perkembangan teknologi dan jaman. Dan, orang-orang yang bisa berhasil adalah mereka yang bisa dengan cepat dan kreatif memperhitungkan atau mengantisipasi perubahan tersebut, serta bisa melihat peluang yang secara potensial bisa ikut mewarnai perkembangan jaman.
Isu mengenai interaktivitas dalam perkembangan selanjutnya merupakah salah satu yang banyak ditekankan. Terlebih musik, karena minat-minat yang begitu banyak dilekatkan pada musik salah satunya karena musik mengandung muatan interaktivitas yang kuat. Terutama dalam setting relasi antara artis dan penggemarnya.
Mengapa metaverse diprediksi dan didorong menjadi masa depan selanjutnya dari evolusi internet, adalah supaya internet tidak sekedar memediasi orang untuk menerobos jarak ruang-waktu, melainkan juga untuk membawa serta sensasi interaktivitas ini.
Namun, sejauh apapun nantinya metaverse bisa mereplika dimensi interaktif ruang fisik melalui ekosistem maya 3 dimensi, tentu sensasi yang dihasilkan tidak akan sama karena keduanya merupakan dunia yang berbeda. Justru dari dunia baru yang diciptakan, metaverse akan menawarkan sensasi yang berbeda dan baru. Dan yang terpenting adalah bagaimana metaverse ini bisa menyempurnakan berbagai segi kehidupan manusia.
11 November 2021
Panduan ini memuat wawasan mendasar tentang latihan beserta langkah-langkah penerapan cara berlatih yang efisien dan efektif untuk memperoleh keterampilan musikal yang optimal.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.