ASCOLTATE 34 : RESITAL SOLO PIANO PRISCA NADA

Ascoltate 34 Resital Solo Piano Prisca Nada

ASCOLTATE 34 : RESITAL SOLO PIANO PRISCA NADA. Sejauh apa para instrumentalis mengembangkan keterampilannya? Orang bisa melihat dengan jelas, salah satunya dalam konser-konser format solo. Seberapa siap kita mendengarkan konser musik klasik? Orang bisa melatih dan mensimulasikannya dengan mendengarkan konser musik format solo. Barangkali karena fungsinya yang strategis itu, format solo seringkali dipilih Ascoltate dalam menyelanggarakan konser apresiasi musik.

Sudah untuk yang ke tiga kalinya, Ascoltate menggelar konser musik apresiasi secara daring.

Namun, justru untuk yang pertama kalinya, Ascoltate baru menggelar konser format solo piano di seri yang ke 34 kemarin.

Konser solo piano tersebut digelar secara virtual di kanal Youtube ascoltate music pada hari Senin, 30 November 2020 lalu.

Konser dimulai pada pk. 19.00 WIB dan dibuka dengan kata sambutan dari Bapak Asep Hidayat selaku ketua penyelenggara Ascoltate.

Prisca Nada Nurcahyo sendiri sebagai solis merupakan mahasiswa yang masih menempuh studinya di Pascasarjana ISI Yogyakarta jurusan Pertunjukan Musik, di bawah bimbingan Ibu Ary Sutedja.

Dalam resital solo pianonya kemarin, Prisca menampilkan tiga buah repertoar yang kontras dari segi periode (Barok-Impresionis) serta gaya komposisinya (Jerman-Prancis).

Adapun beberapa repertoar yang dibawakan adalah:

  1. French Suite in G major BWV 816 – Johann Sebastian Bach Allamande Courante Sarabande Gavotte Bourree Loure Gigue
  2. Automne, Etude de Concert Op. 35 No. 2 – Cécile Louise Stéphanie Chaminade
  3. Jeux D’eau – Joseph Maurice Ravel

(Silahkan mengunjungi tautan di bawah ini untuk mendapat buku program tentang profil pemain, reprtoar, dan sinopsis karya)

Buku Program Ascoltate #34

Konser Musik Format Solo Untuk latihan Mendengarkan

Ascoltate 34. Sebagai wadah latihan apresiasi dan juga memainkan musik, Ascoltate terbilang cukup banyak menampilkan konser format solo.

Konser solo memang rasanya tepat menjadi format yang digunakan demi tujuan tersebut.

Karena dalam format solo orang akan lebih mudah memfokuskan perhatian. Terutama karena timbre musiknya yang ringkas.

Meskipun begitu, dalam mendengarkan konser solo sekalipun orang mesti berkonsentrasi memperhatikan bagaimana elemen-elemen musik saling berelasi dan menjadi satu kesatuan.

Elemen-elemen yang dimaksud misalnya:

  • tema-melodi beserta pengembangannya,
  • prgoresi akor,
  • tekstur,
  • penempatan aksen, dst.

Kategori Solo

Konser solo bisa digolongkan menjadi dua berdasarkan jenis instrumennya.

Format Solo Instrumen Melodi

Yang pertama format solo instrumen melodi (seperti instrumen gesek dan tiup).

Memang dalam solo instrumen melodi, para pendengar hanya dijejali dengan satu line suara saja.

Barangkali banyak orang akan terkecoh dengan suara tunggalnya ini.

Tetapi dalam kesederhanaannya itu, kebanyakan komponis masih memikirkan bagaimana satu line suara saja bisa diatur sedemikian rupa menjadi musik yang lebih kaya.

Dengan bermodalkan satu line suara itu, komponis mengatur bagaimana caranya supaya rangkaian nada-nada bisa memenuhi beberapa macam fungsi sekaligus.

Misalnya:

  • fungsi iringan,
  • fungsi harmoni,
  • tekstur, dst.

Format Solo Instrumen Harmoni

Sedangkan dalam solo instrumen harmoni (piano dan gitar), para pendengar setidaknya akan mendengar dua hingga tiga line suara.

Dalam solo instrumen harmoni ini, pemisahan line suara untuk memenuhi beberapa fungsi tadi bisa lebih mudah diidentifikasi.

Sebagai gambaran kasar, misalnya suara tinggi sebagai melodi, suara tengah sebagai iringan, dan suara rendah sebagai bass.

Konser Musik Format Solo & Tantangan Memainkan Musik

Bagi pemain atau instrumentalis sendiri, format solo bisa menjadi ajang melihat seberapa jauh capaian musikal yang selama ini diupayakan.

Konser Solo - Ajang Aktualisasi Diri Musisi

Dalam ajang ini, seberapa jauh para pemain telah mengembangkan keterampilannya akan tampak dengan jelas.

Baik keterampilan motorik ataupun ekspresi musikal.

Di hadapan para pendengar, tanpa ada rekan bermain atau musisi lainnya, tanpa pengiring, tanpa dirigen. Sendiri di atas panggung hanya ditemani instrumennya.

Dalam setting tersebut, satu-satunya yang berbicara adalah kualitas.

Yaitu kualitas pemain dalam memproduksi suara (teknik, durabilitas fisik & mental) dan kualitas artistik pemain yang tampak dalam ekspresi musikal.

Karena itulah bisa dikatakan, konser format solo merupakan puncak aktualisasi diri musisi atas segala jerih payah yang diupayakan dalam berlatih dan belajar.

Tetapi itupun tergantung tantangan dan tingkat kesulitan repertoar yang dibawakan.

French Suite in G major BWV 816 - Johann Sebastian Bach

Seperti karya-karya Barok pada umumnya, French Suite yang dimainkan Prisca sangat kental dengan polifoni atau melodi di beberapa tingkat suara yang berbeda.

Selain itu, isu penting khas Barok lainnya adalah banyaknya penggunaan not hias atau ornamen.

Karena itu tantangan yang menjadi perhatian bagi Prisca memainkan repertoar ini adalah clarity.

Yaitu kejelasan, keseimbangan, dan konsistensi artikulasi di tingkat-tingkat suara yang berbeda dan pada permainan ornamen.

Automne, Etude de Concert Op. 35 No. 2 - Cécile Louise Stéphanie Chaminade

Automne dari Chaminade ini tentunya jauh lebih dinamis dalam hal tempo dan dinamika jika dibandingkan dengan musik Barok.

Selain itu, karya ini menggunakan akor dan modulasi-modulasi yang jauh lebih kompleks.

Dengan kontras tempo, dinamik, serta kompleksitas akor, Automne terkesan sangat emosional seperti ciri khas musik Romantik pada umumnya.

Sehingga tantangan utama dalam memainkan repertoar ini bagi Prisca adalah bagaimana dia dapat dengan jelas menampakan perbedaan suasana yang dramatis itu.

Jeux D’eau - Joseph Maurice Ravel

Sama halnya dengan Automne, Jeux D’eau komposisi Ravel banyak menggunakan progresi akor yang kompleks.

Namun salah satu bedanya ada pada kompleksitas emosi.

Kalau kita mau menebak konten emosinya, kita akan kesulitan karena sepertinya emosinya lebih dari sekedar sedih, marah, atau cemas.

Mungkin inilah yang membedakan secara signifikan (dalam hal emosi) antara musik Impresionis denga Romantik.

Memang musik Impresionis sendiri penekananya bukan pada emosi tetapi pada warna suara/timbre.

Di sinilah keterampilan artistik dari seorang pemain diuji.

Selain itu, isu teknis di karya ini juga tidak kalah menantang.

Banyak arpeggio cepat dengan stretching jari yang lebar menjadi tantangan yang harus ditaklukan seorang pianis.

ASCOLTATE #34 – Solo Piano Recital | Prisca Nada

Ascoltate: Jumpa Lagi Tahun Depan!

Solo piano Prisca Nada sekaligus menjadi penutup rangkaian Ascoltate di penghujung tahun 2020 ini.

Namun, di tahun 2021 mendatang Ascoltate akan terus mengadakan konser apresiasi musik dengan beberapa program yang sudah disiapkan.

Seperti yang disampakan bapak Asep Hidayat dalam penutupan, Ascoltate taun 2021 akan turut menggaet beberapa pemain dari negara lain.

Dengan program kerjasama itu tentunya ajang apresiasi dan memainkan musik Ascoltate taun depan akan semakin menarik.

Untuk itu, bagi kalian yang tertarik dan ingin mengikuti terus kegiatan-kegiatan ascoltate bisa mengikuti media sosial Ascoltate.

Instagram : ascoltate.id

Facebook : Ascoltate

Youtube : ascoltate music

Atau, kalian bisa juga mengikuti update informasi Ascoltate yang akan datang dengan mengikuti media sosial Abstraksi Musik.

Instagram : abstraksimusik

Facebook : Abstraksi Musik

Twitter : Abstraksi Musik

Worksheet ini bertujuan untuk membantu kita agar lebih peka terhadap element-element utama musik ketika kita mendengarkan musik.

Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.

Abstraksi musik adalah start-up media musik yang berfokus pada pemberdayaan dan pengembangan ekosistem musik di Indonesia.

Download

Follow Abstraksi

© Abstraksi Musik.