“The Death of Composers..?”, Barangkali memang benar bahwa sebuah diskusi yang menarik akan terjadi kalau bertolak dari suatu persoalan. Lantas, sebenarnya ada persoalan apa, sampai-sampai mengharuskan kita memikirkan kembali tentang hidup-matinya komponis?
“The Death of Composers..?”. Apakah komponis sudah mati?!
Pertanyaan yang cukup memancing kontroversi ini sengaja dijadikan pemicu acara diskusi bertajuk “The Death of Composers . . ?” yang disiarkan langsung di kanal Youtube October Meeting.
Diskusi yang digelar pada 31 Oktober 2020 kemarin merupakan bagian dari rangkaian acara October Meeting 2020.
Kali ini, October Meeting Contemporary Music and Musicians mengusung tema “Harmonic Turbulence”. Adapun kegiatannya meliputi acara diskusi dan konser.
Acara berlangsung dari tanggal 31 Oktober hingga tanggal 7 November 2020 mendatang.
“Harmonic Turbulence” sendiri diartikan sebagai “saling mempengaruhi dan selaras”.
Pengertian inilah yang menjadi titik berangkat October Meeting 2020 untuk mencermati kembali perkembangan musik kontemporer hingga tahun 2020 ini.
“The Death of Composers..?”, Pada diskusi ini turut terlibat beberapa pembicara yang terdiri dari komponis dan juga musisi (instrumentalis).
Di antaranya:
BACA JUGA : 3 KOMPONIS ASIA YANG HARUS KAMU TAHU
Diskusi mereka dilatarbelakangi oleh pesatnya kemajuan teknologi dalam beberapa dekade terakhir.
Sehingga, mau tak mau semua perilaku dan aktivitas di era sekarang selalu bersinggungan dengan dunia digital dan teknologi.
Termasuk, perilaku artistik dalam bidang musik.
Teknologi dirasa sudah sangat mengintervensi wilayah artistik komposisi. Baik dalam membuat atau mementaskan komposisi.
Mulai dari penggunaan berbagai macam software score writer, sound design, coding, hingga artificial intelegence atau kecerdasan buatan.
Lantas, apakah dengan teknologi yang mempengaruhi praktik komposisi pada akhirnya akan membuat komposisi justru kehilangan arahnya?
Dalam diskusi ini, hal-hal seputar itulah yang dibahas para komponis dan instrumentalis.
Mereka mengelaborasi berbagai kemungkinan atas dampak dari teknologi bagi komponis ataupun komposisinya.
Dalam diskusi mereka tampaknya topik tentang kecerdasan buatan menjadi sentral dan dirasa urgen.
Tidak lain, karena kemungkinan terjauhnya yang berpotensi mengubah cara dan peran komponis sebagai orang yang berkuasa penuh atas komposisinya.
Seperti yang diungkap Dion, bahwa dampaknya yang mulai jelas yaitu batas-batas antara kecerdasan buatan dengan komponis mulai hilang.
Dari pernyataan tersebut, seolah-olah bagi Dion, siapa yang pada akhirnya mengkreasikan bunyi tidak bisa ditentukan lagi dengan tegas.
Apakah komponis ataukah kecerdasan buatan?
“….pengaruh teknologi dalam komposisi mulai menghilangkan batas-batas antara mana komponis, mana A.I”, kata Dion.
Ia menambahkan bahwa hal ini tidak terjadi pada bidang komposisi atau musik saja, tetapi juga bidang-bidang yang lain.
Selain itu, dalam diskusi tersebut dibahas juga bagaimana dampak teknologi secara lebih luas dalam ekosistem musik.
Seperti yang diungkapkan Henry, bahwa pengaruh teknologi pada dunia komposisi pun akhirnya akan mempengaruhi relasi kerja komponis dengan instrumentalis.
Beberapa contohnya ada pada kasus komposisi live coding dan kinect.
Pada dua jenis komposisi tersebut, bisa dilihat adanya perluasan wilayah kerja komponis, khususnya dalam hal “cara presentasi”.
Artinya, dengan adanya teknologi, komponis sendiri dapat menggantikan peran instrumentaslis. Yaitu dalam hal mempresentasikan karya komponis.
Atau, bisa juga peran instrumentalis digantikan oleh performance artist yang lain.
Sedangkan bagi Dewa Alit, adanya teknologi tidak harus selalu mengintervensi proses kreasi mereka.
Teknologi boleh digunakan sejauh ia dapat mendukung ide-ide dan ekspresi artistik komponis.
Catra pun sepakat dengan beberapa pendapat yang disampaikan narasumber lain.
Bagaimanapun dampak dari adanya teknologi, komponis mesti bisa mengekspresikan ide-ide artistiknya.
Begitu juga dengan pemain, mereka dituntut untuk tetap dapat mengaktualisasikan dirinya yang orisinil.
Dengan demikian apakah bisa dikatakan kalau komponis sudah mati?
Secara implisit, para narasumber sepertinya sepakat kalau intervensi artistik dari teknologi tidak perlu dimaknai sebagai dekadensi kreatifitas dalam komposisi.
Justru, kemajuan teknologi bisa menyediakan banyak kemungkinan kreatif lain dan kemungkinan pola kerja yang baru dengan efek yang bisa menunjang praktik komposisi.
Dengan kata lain, kemajuan teknologi malah semakin memperluas celah kreatif bagi komponis untuk mengekpresikan ide-ide mereka.
Rekaman video diskusi The Death of Composers akan segera dirilis kembali melalui Youtube. Bagi kalian yang tidak ingin ketinggalan isu hangat ini, jangan lewatkan dan simak selengkapnya bincang-bincang seputar “Matinya Komponis” di kanal Youtube October Meeting.
02 November 2020
Worksheet ini bertujuan untuk membantu kita agar lebih peka terhadap element-element utama musik ketika kita mendengarkan musik.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.