POLEMIK DAN BAKU HANTAM ADALAH HOBI, BAGI KAMI ANAK MUDA

Suparto Kalimosodo Diari 4

Suparto Kalimosodo Diari 4

Di kampung saya, ada seorang pemuda bernama Budiman. Ia adalah sosok yang cerdas, mampu berfikir kritis dan lantang dalam menyuarakan pikirannya. Sempat saya mengira bahwa membuat polemik adalah hobi bagi seorang Budiman, ia berani berkata lantang dan mengkritisi kebijakan pemimpin desa.

Salah satu kejadian yang menurut saya menarik adalah ketika Budiman merasa bahwa perlakuan pak Lurah kepada mas List, seperti pilih kasih. Budiman waktu itu mengajak saya menghadap Pak Sarjiyo untuk mempertanyakan kebijakanya dalam mengkontrak mas List membuat musik video penyuluhan kampung.

Singkat cerita, sesampainya di tempat pak Lurah, kami duduk bersama dalam satu ruangan. Budiman tanpa ada basa-basi langsung melayangkan pertanyaan kepada pak Lurah, “Sebenarnya, apa alasan pak Lurah mengambil langkah demikian untuk mas List?” kata Budiman. Pak Lurah dalam pebincangan tersebut kemudian menjelaskan apa yang tidak terkatakan soal langkah yang diambilnya.

Pak Lurah mengawali kalimatnya dengan mengatakan, “Manusia ada karena berfikir”. Kemudian dia menghela nafas dan mengucapakan penjelasan selanjutnya, “Tetapi sebelum menjadikanya dapat berfikir sehingga ia ada, terdapat prasyarat yang perlu diselesaikan terlebih dahulu, yaitu perkara basis atau mendasar”.

Pak Lurah mencontohkan perkara basis atau mendasar adalah masalah perut kenyang: “Ketika manusia sudah tidak perlu lagi memikirkan kebutuhan dasar, manusia memiliki potensi dan waktu lebih untuk memikirkan yang lain, dalam kasus Mas List adalah bekesenian.

.......................

Mas List beranggapan dengan mencari bakat baru itu akan memajukan kesenian di kampung ini. Namun dari data yang pak lurah terima, mas List malah membawa angin keributan di kampung. Melalui pertimbangan pemikiran tersebut, pak Lurah mengambil langkah untuk memberikan kontrak kepada mas List sesuai dengan potensi yang dimiliki, yaitu membuat musik. Hal ini dipilih untuk meredam niatan mas List sementara mencari bakat di kampung, karena menemukan hal yang membuatnya harus berfokus, yaitu membuat musik.

Pak Lurah dalam perbincangan dengan budiman juga menyatakan bahwa dia bisa saja mengambil free musik di Youtube seperti Joakim Karud yang sering dipakai oleh Bellinda, beauty vloger favorit Bella anak pak Lurah, untuk mengisi beberapa program video penyuluhan yang di buat oleh kelurahaan. Semua itu gratis dan tidak perlu memikirkan copyright.

Namun dalam hal ini, menganggarkan sedikit dana untuk mengapresiasi warga dan menghentikan potensi keresahaan yang timbul, karena jika seorang warga berpotensi tidak terapresiasi memiliki dampak yang bahaya bagi warganya. Maka, itu adalah harga yang murah sebagai untuk membuat desa lebih tenang dan desa menjadi stabil kembali.

.......................

Budiman yang saat itu mendengarkan apa yang dikatakan Pak Lurah sedikit tercengang dan mulai menyadari bahwa dirinya belum bisa berfikir sedikit lebih luas untuk melihat susunan ekosistem yang berada di kampung, Budiman mulai mendapat insight lebih mengenai kepemimpinan dan tindakan yang di lakukan Pak Lurah. Karena pak Lurah bisa menyetabilkan keresahan warga yang melihat mas List yang doyan kawin.

Menurut saya, sebagai seorang saksi hidup dalam kejadian tersebut, saya melihat perbincangan saat itu menjadi menarik ketika Pak Lurah meminta secara langsung kepada Budiman untuk terus aktif mengkritik setiap kebijakan dan langkah yang Pak Lurah ambil.

Pak Lurah juga menegaskan, akan selalu menyediakan waktu dan tempat untuk mendengar sudut pandang Budiman dari berbagai kebijakan yang sudah berjalan. karena Pak Sarjiyo sebagai lurah butuh masukan dari warganya yang kritis. Terlebih lagi butuh sudut pandang dari sisi generasi yang berbeda demi membangun kampung ini menjadi lebih baik lagi.

.......................

Melalui kejadian tersebut, saya sejujurnya teringat akan sosok Firman, teman saya yang memilih jalannya sebagai komponis kontemporer. Namun sialnya dia tidak hidup di kampung saya. Jika kita lihat lagi apa yang di lakukan Pak Lurah adalah memberikan ruang untuk pelaku seni seperti Mas List agar bisa menyalurkan yang dipikirkanya lewat musik. Pak Lurah juga menciptakan ruang untuk untuk masyarakat kampung agar dapat mengapresiasi segala bentuk karya yang dihasilkan Mas List, dengan cara menggunakan musik Mas List untuk digunakan pada video penyuluhan kampung. Adanya hal tersebut juga bisa membantu warga kampung belajar mendengar karya-karya musik baru. Lalu jika melihat firman yang tidak hidup di kampung saya

  1. Dalam musik kontemporer tidak ada pemegang kekuasaan yang memikirkan si komponis untuk benar-benar berkreasi
  2. Ruang untuk menampilkanya juga sedikit, kekuatan publikasi yang lemah sehingga akses orang untuk mecoba mendengarkan dan mengapresiasipun sedikit, akhirnya orang merasa tidak umum mendengar musik tersebut, karena musik tersebut tidak bisa diakses banyak orang.
  3. Dampak yang paling terasa adalah manusia yang awam soal musik akan selalu merasa aneh mendengar musik kontemporer.

Melihat Budiman, Budiman adalah sosok yang cakap dalam melihat bayak hal, dia dapat mencari informasi, menyaring informasi tersebut dan memberikan saran langkah. Mungkin di sini Budiman perlu mempelajari mengenai keadaan tempat dimana dia berdiri dan orang lain berdiri. Sehingga saran atau keputusan yang datang darinya tidak terasa semena-mena.

Abstraksi Magazine ini memuat wawasan mendasar tentang pelaku-pelaku musik, khususnya pendengar dan pemain musik, serta hal-hal yang mereka lakukan dalam kegiatan musikal.

Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.

Abstraksi musik adalah start-up media musik yang berfokus pada pemberdayaan dan pengembangan ekosistem musik di Indonesia.

Download

Follow Abstraksi

© Abstraksi Musik.