Mendengarkan Musik. Musik pada dasrarnya adalah fenomena bunyi-bunyian. Namun dalam mendengarkan musik, seringkali kita lebih fokus pada hal-hal yang justru berada di luar persoalan musik sendiri. Kemungkinan, sikap mendengarkan semacam itulah yang membuat kita jadi tidak terbiasa dalam mendengarkan musik secara atentif. Seperti apa penjelasannya, simak di bawah ini.
Musik pada dasarnya adalah fenomena bunyi-bunyian. Tetapi, sekedar bunyi saja tanpa ada unsur campur tangan manusia belum tentu bisa kita sebut itu sebagai musik.
Asumsinya di sini bahwa musik merupakan hasil daya cipta-kreasi manusia.
Ada akal budi manusia yang turut membentuk, mengolah, menyusun, atau kegiatan apapun yang menjadikan bunyi tersusun sedemikian rupa menjadi musik.
Katakanlah dalam kegiatan semacam itu, bunyi dan semua elemen yang membentuk bunyi itu merupakan bahan dasar bagi seseorang yang membuat musik. Meskipun hasil ciptaan yang disebut musik itu sendiri juga merupakan fenomena bunyi-bunyian.
Karena itulah sering kali kita dengar ada pembedaan antara bunyi-bunyian yang musikal dan ada bunyi-bunyian yang tidak musikal, tentu dengan segala macam pengertian dan perdebatan yang menyertainya.
Bunyi-bunyian itu kemudian dibuat sedemikian rupa menjadi musik, lebih tepatnya dengan memanipulasi elemen-elemen bunyi seperti:
Bunyi disusun menjadi bunyi yang memiliki keteraturan pitch, seperti yang terwujud menjadi melodi dan akor,
yang durasinya juga kemudian diatur dalam ritme dan tempo,
serta dimainkan menggunakan instrumen tertentu dengan pengaturan volume dan warna suara tertentu.
Musik = Bunyi yang disusun menurut prinsip penataan tertentu
Elemen-elemen intrinsik (intramusikal) di atas inilah merupakan elemen-elemen yang diatur dalam membuat musik.
Sehingga ketika mendengarkan musik dalam arti yang lebih aktif, mestinya perhatian kita juga diarahkan pada elemen-elemen itu.
BACA JUGA : APA YANG KITA DENGAR DI MUSIK?
Namun, lebih sering kita dikaburkan dengan hal-hal yang justru bersifat ekstramusikal.
Seperti kesan-kesan kita terhadap musik yang kita dengar tanpa mempertimbangkan alasan apa yang membuat kita memiliki kesan demikian:
Kesan-kesan terhadap musik yang sifatnya ekstramusikal ini memang merupakan daya tarik bagi para pendengar. Dan terus diisukan oleh industri musik ketika mengabarkan atau mencitrakan rilisan musik dari artis yang sedang dirilis album/single-nya.
Entah mulai sejak kapan kita memang selalu diarahkan untuk lebih fokus pada kesan-kesan (ekstramusikal) terhadap musik yang sesungguhnya hanyalah efek dari mendengarkan musik. Tapi musiknya sendiri tidak dibicarakan.
BACA JUGA : SEBUAH PANDUAN UNTUK MENDENGARKAN MUSIK
Jadi orientasi atau tujuan kita dalam mendengar musik selama ini kebanyakan lebih ditekankan pada efek setelah mendengarkan.
Benefit apa yang bisa diperoleh dari mendengarkan musik?
Tujuannya lebih pada keuntungan yang diperoleh “setelah mendengarkan musik”.
Sehingga, untuk tujuan pragmatis semacam itu maka kemudahan dalam mendengar menjadi penekanan utama.
BACA JUGA : MENDENGARKAN MUSIK ATAU MENGAPRESIASI MUSIK?
Yang membuat musik-musik mudah didengarkan setidaknya ditentukan dari dua hal:
Keduanya bisa saling tumpang-tindih atau terjadi bersamaan dalam musik yang sedang didengarkan.
Menariknya, kita akan tahu bagaimana membuat musik dengan sedikit variasi dan familiar itu kalau kita memperhatikan pola-pola susunan musik yang demikian.
Misal:
Itulah salah satu keuntungan yang bisa kita petik jika kita mendengar dalam cara yang lebih fokus pada musiknya. Dengan active listening.
Namun untuk mendengar dalam cara yang lebih aktif memperhatikan elemen-elemen dalam musik itu kita perlu tahu sedikitnya tentang elemen-elemen itu.
Misalnya: Melodi itu apa sih?
BACA JUGA : CARA MEMULAI LATIHAN MENDENGARKAN MUSIK KLASIK
Memang, “rasa akrab” itu penting ketika tujuan mendengar musik adalah untuk mendapatkan efek suasana hati yang menyenangkan atau sesuai.
Tetapi itu saja belum cukup untuk menilai-memahami musik yang memang fokus pada elemen-elemen musiknya.
Karena “rasa akrab” saja lebih ditentukan oleh banyaknya variasi dan preferensi dan musik-musik yang sering kita dengar sebelumnya.
Bukan oleh kualitas susunan intramusikal yang ada pada musiknya sendiri.
Mengamati elemen-elemen intramusikal ini mengharuskan kita mengarahkan perhatian langsung pada musik.
Yaitu berkonsentrasi mengamati:
Misalnya, ketika ada perubahan tangga nada dan melodi dari mayor ke minor. Mengapa harus ada perubahan semacam itu?
Barangkali itulah sebab yang membuat kita sering merasa kesulitan ketika sedang mendengarkan musik-musik yang kompleks, seperti musik jazz, musik klasik, dan musik kontemporer, yang musiknya cenderung lebih kompleks. Tidak lain karena penekanannya ada pada eksplorasi konsep, ide, dan medium artistik.
BACA JUGA : MENDENGAR MUSIK KLASIK: SEBUAH ANTOLOGI
Worksheet ini bertujuan untuk membantu kita agar lebih peka terhadap element-element utama musik ketika kita mendengarkan musik.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.