KOMPETISI MUSIK & PERJALANAN KARIR SEORANG MUSISI. Béla Bartók seorang komponis besar abad 20 pernah mengatakan, “Competitions are for horses, not artists.” Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa sebuah kompetisi hanya cocok untuk hal-hal yang berurusan dengan ketangkasan otot motorik dan tentang siapa yang terbaik dalam hal itu: kalah-menang. Faktanya, kompetisi musik hingga kini masih terus diselenggarakan di berbagai tempat. Sehingga apakah benar bahwa semua kompetisi musik itu sama sekali tidak berarti?
Kompetisi atau perlombaan dalam bidang musik merupakan hal yang bisa dikatakan kontroversial dan kerap mengundang perdebatan. Di satu sisi memang ada beberapa hal yang dapat menjadi tolak ukur untuk mengevaluasi sebaik apa seorang musisi memainkan musik. Misalnya: teknik & musikalitas, kualitas suara, kompleksitas repertoar, dan penampilan fisik.
Namun, pada faktanya juri-juri sendiri kerap memiliki penilaian dan prioritas yang berbeda dalam mengevaluasi para peserta kompetisi.
Meskipun demikian, hingga saat ini penyelenggaraan kompetisi musik terus dilakukan di berbagai tempat yang diikuti oleh musisi dari berbagai penjuru dunia. Hal itu menunjukan bahwa penyelenggaraan kompetisi musik juga memiliki manfaat yang tidak dapat disangkal bahkan oleh para musisi sendiri yang menjadi bagian dari kegiatan kompetisi.
Banyak musisi yang setuju bahwa kemenangan dalam kompetisi dapat memberikan pengaruh positif bagi perjalanan karir mereka sebagai musisi. Namun, kemenangan dalam kompetisi juga tidak mungkin dicapai tanpa adanya usaha yang besar.
Beberapa hal ini juga dikonfirmasi oleh Ricky Oktariza Hermansyah dan kelompoknya ‘4.13 Guitar Quartet’ yang beberapa waktu lalu memenangkan kompetisi gitar klasik di Vietnam.
Gambar: 4.13 Guitar Quartet
Tepatnya pada 5 November 2023, hasil keputusan juri kompetisi ‘Saigon International Guitar Festival 2023’ (SIGF) diumumkan melalui situs resminya. Sebuah kabar yang patut disyukuri bahwa peserta dari Indonesia berhasil meraih kemenangan atas dua kategori dalam kompetisi tersebut.
Kwartet Gitar 4.13 yang beranggotakan Ricky Oktariza Hermansyah, Ryan Gredy Aprianno, Jefri C.D. Simangunsong, dan Fajar Apriadi berhasil menempati urutan pertama untuk kategori ansambel, sedangkan Ricky Oktariza Hermansyah berhasil meraih posisi ketiga untuk kategori terbuka (solo).
Tentunya pencapaian tersebut tidak diperoleh dengan jalan yang mudah, namun membutuhkan persiapan, ketekunan, dan kerja keras. Ricky dan teman-temannya mengaku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk persiapan secara konsisten sebelum dimulainya kompetisi.
“Untuk Latihan kwartet (4.13GQ), kami mempersiapkan selama 6 bulan. Kami latihan rutin setiap hari selasa selama 2-3 jam. Untuk 1 bulan terakhir, kami berlatih lebih intens dengan latihan seminggu 2x selama 2 jam. Untuk solo (Ricky), latihan intens dimulai 3 bulan sebelum kompetisi”.
BACA JUGA : LATIHAN MENURUT MUSISI PROFESIONAL
Selain latihan, mereka juga mempersiapkan diri dengan cara melakukan konser simulasi di hadapan penonton untuk membiasakan diri dengan situasi panggung dan meningkatkan kepercayaan diri.
Pemilihan repertoar kompetisi sendiri dipertimbangkan dengan cukup matang. Baik repertoar ansambel dipilih berdasarkan pertimbangan teknik, musikalitas, dan aspek pertunjukan yang sesuai dengan karakteristik permainan mereka.
Programs (8-12’):
Dua komposisi tersebut dipilih karena beberapa hal pertimbangan di atas serta perbedaan gaya musik yang kontras pada keduanya.
“…kami memilih karya yang cukup kontras yaitu karya periode romantik dengan gaya musik puisi simfoni (Danse Macabre) dan periode modern dengan gaya musik folk Brasil (A Furiosa).”
Gambar: Ricky Oktariza Hermansyah
1st Round Program (10-12’):
Final Programs (15-20’):
BACA JUGA : BAGAIMANA MENYIAPKAN KONSER: MENYUSUN PROGRAM
Demikian juga dalam pemilihan repertoar untuk kategori solo, kontras gaya musik menjadi penekanan yang cukup penting bagi Ricky. Pertimbangan-pertimbangan yang teliti itu dilakukan bukanya tanpa maksud, melainkan karena pemilihan repertoar turut menentukan keberhasilan dalam kompetisi.
Faktanya, menentukan susunan reprtoar bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Bagaimana peserta menyusun repertoar juga sangat bergantung pada keterampilan dan pengalaman masing-masing mengikuti kompetisi.
Di samping itu, setiap pertimbangan yang ditetapkan juga belum tentu diapresiasi secara positif oleh para anggota juri di setiap kompetisi yang diselenggarakan. Seperti halnya yang disampaikan Ricky, susunan repertoar untuk kategori solo kurang mendapat apresiasi dari salah seorang juri di sana.
“Namun, saya agak sedikit salah dalam memilih repertoar untuk final, karena kedua karya tersebut dari komposer yang sama, walaupun secara gaya musik sangat kontras. Hal ini ternyata tidak disukai oleh beberapa juri. Kata Leon Koudelak (Czech), memainkan karya Brouwer di Vietnam atau tingkat Asia itu jarang “diterima”. Apalagi memainkan karya yang sudah sering dimainkan di kompetisi-kompetisi Internasional seperti Sonata No.1. Hal ini membuat juri merasa karya ini sudah tidak “fresh” bagi mereka.”
Meskipun demikian, setiap masukan dari para juri merupakan umpan balik yang dapat bermanfaat di kemudian hari. Mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki merupakan bahan evaluasi yang sangat penting bagi musisi apabila disikapi secara positif dan merangsang motivasi diri untuk berkembang.
Sehubungan dengan hal itu maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kompetisi musik merupakan ajang yang dapat meningkatkan kapasitas seseorang sebagai musisi.
Pembelajaran dan evaluasi dalam kompetisi tidak hanya menyangkut repertoar semata namun juga dalam hal keterampilan. Dengan mengikuti kompetisi, seseorang dapat mengukur sudah sejauh apa keterampilan yang dimiliki. Tepatnya dengan mengamati dan mengukur setiap aspek keterampilan dari para peserta kompetisi yang lain. Informasi yang diperoleh dari pengamatan-pengamatan itu akan bermanfaat bagi perkembangan dan kematangan musisi di kemudian hari.
“Persaingan di SIGF 2023 sangat ketat terutama Open Category yang diikuti dari beberapa negara seperti: Vietnam, Indonesia, Thailand, dan Jepang. Dari 14 peserta, diambil 5 finalis. Secara teknik dan musikalitas, para finalis sudah berada di tingkat Internasional (kaliber Asia Tenggara).”
Selain itu, mengetahui bermacam-macam pandangan seseorang dalam mengevaluasi pentas musik juga dapat dilihat dalam ajang kompetisi. Termasuk pergeseran prioritas yang sedang tren dalam penilaian kompetisi di regional tertentu.
Apakah kesempurnaan dalam eksekusi notasi, apakah otentisitas atau kepatuhan terhadap maksud komponis, atau justru pembawaan ekspresi yang orisinil dari musisi. Penekanan para juri terhadap setiap nilai tersebut bergantung pada sudut pandangnya masing-masing.
Menurut pengakuan Ricky dan teman-temannya, pada kompetisi SIGF 2023 para juri lebih mengutamakan orisinalitas pemain dalam ajang kompetisi yang mereka ikuti.
“Hal yang perlu di garis bawahi yaitu, di kompetisi ini juri lebih mencari keunikan dan karakter dari pemainnya. Banyak pemain yang tidak lolos final karena belum mempunyai karakter yang khas, walaupun secara teknik bagus.”
Namun karena hal tersebut, penampilan kelompok kwartet mereka mendapat apresiasi yang cukup baik dari para juri. Keputusan mereka untuk bermain tanpa membaca partitur merupakan strategi yang baik dan penampilan mereka berhasil menarik perhatian para juri.
“Pada kompetisi kategori ansambel ini, hampir semua peserta masih membaca partitur, kecuali grup kami, 4.13 Guitar Quartet. Kwartet kami memang bersepakat untuk hafal, agar lebih maksimal secara performance. Hal ini mendapat pujian dari salah satu juri dari Jepang, Mai Hayashi: “Fantastic Performance!”.”
Prestasi gemilang pada sebuah kompetisi bukanlah sebuah akhir dari perjalanan tetapi sebagai titik tolak yang diharapkan dapat memotivasi para musisi untuk ke menuju tahap selanjutnya.
Maka dari itu, diperlukan persiapan dan rencana-rencana yang matang menyangkut bagaimana mereka akan melanjutkan perjalanan mereka sebagai musisi. Namun hal ini sangat bergantung pada peluang-peluang dan kesempatan yang tersedia.
“Saya pribadi dan grup kwartet saya, memang sudah punya rencana untuk berkarir melalui gitar klasik. Namun sepertinya agak susah kalau di Indonesia…. Yang bisa kami lakukan hanya melakukan konser-konser, mengikuti kompetisi-kompetisi…,mulai dari tingkat Asia Tenggara hingga Internasional… [Sehingga] kami semakin dikenal dan dapat diundang di beberapa acara gitar klasik di beberapa negara, hingga disponsori untuk tur konser di negara-negara Asia hingga Eropa..”
BACA JUGA : MOTIVASI MENJADI MUSISI
Mengingat peluang dan kesempatan dalam bidang musik gitar sendiri masih belum banyak tersedia, maka diperlukan berbagai upaya dari berbagai pihak yang dapat menunjang keberlangsungan bidang ini.
Diperlukan berbagai inisiasi mandiri dari berbagai pihak termasuk dari para musisi sendiri, baik musisi gitar maupun musisi klasik pada umumnya. Misalnya dalam bentuk penyelenggaraan kegiatan pentas, pameran, rekaman album, mediasi kepada masyarakat, dan seterusnya yang mungkin untuk dilakukan sebagai langkah awal. Yang tidak kalah penting dari itu ialah terintegrasinya berbagai elemen dalam bidang tersebut untuk kemajuan bersama.
17 November 2023
Panduan ini memuat wawasan mendasar tentang latihan beserta langkah-langkah penerapan cara berlatih yang efisien dan efektif untuk memperoleh keterampilan musikal yang optimal.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.