KETIKA MUSIK HARUS DINILAI. Bagaimana sebuah musik dinilai dalam kompetisi? Banyak orang penasaran tentang apa yang dibicarakan para juri dan bagaimana mereka bisa memutuskan peserta mana yang lebih baik. Lalu bagaimana para juri sendiri bisa menjelaskan pada kita soal ini? Simak di bawah ini penjelasan dari seorang gitaris profesional dan juri kompetisi, Ögmundur Þór Jóhannesson.
Read this article in its original language: “When the Music has to be Judged”
Genap sebulan sejak 6 Desember tahun lalu, kompetisi gitar klasik Valerio yang ke 8 digelar secara virtual.
Tapi, yang masih menyisakan rasa penasaran tentang kompetisi sendiri sebenarnya adalah perihal penjurian dan bagaimana musik dinilai dalam kompetisi.
Karena dengan mengetahui tentang hal-hal ini, partisipan bisa lebih tahu bagaimana mereka harus menyiapkan diri untuk kompetisi tahun ini. Kali ini kita mendapat kesempatan mewawancarai salah satu anggota juri dari kompetisi Valerio yang terakhir, yakni Ögmundur Þór Jóhannesson. Seperti apa pandangan dan penjelasan, serta kiat-kiat darinya untuk menghadapi kompetisi? Simak di bawah ini.
Q. Sudah berapa lama anda menekuni karir sebagai gitaris dan juri kompetisi?
Bicara soal karir sebagai musisi dan sejenisnya terkadang susah menentukannya secara pasti. Sebagai misal, bahkan di awal proses saya masih proses belajar saya pernah menjadi seorang bintang tamu dalam festival dan konser. Tapi, yang jelas saya memulai pelatihan gitar klasik saya sejak umur 11 tahun dan memutuskan untuk menjadikan gitar klasik sebagai fokus utama saya. Seiring waktu, saya semakin sering menjadi anggota juri di berbagai festival sejak debut karir saya di Asia dimulai pada tahun 2013.
Q. Bagaimana anda bisa berkata bahwa mengikuti sebuah kompetisi itu penting bagi musisi? (Kalau anda memang berpikir demikian)
Ini sebuah pertanyaan yang menarik, dan sebenarnya ini merupakan topik diskusi yang luas. Saya akan coba menjawab dengan singkat.
Sepanjang kesejarahan musik, ada banyak sekali perdebatan dalam rangka merumuskan tujuan dan “alasan yang tepat” mengikuti kompetisi musik. Meskipun kita sendiri tidak yakin apakah sesunggunya memang mungkin “berkompetisi” dalam hal musik? Bela Bartok seorang tokoh besar dari abad 20, pernah mengucapkan pernyataan yang terkenal, bahwa kompetisi “…adalah untuk kuda, bukan seniman”. Terlepas dari komentar Maestro yang mungkin lucu namun jujur, bicara soal kompetisi itu seolah-olah seperti diskusi filosofis, karena memang sulit untuk sampai pada kesimpulan yang pasti atau obyektif. Mungkin akan lebih mudah membahas pro dan kontra-nya, dan membuat keputusan yang jelas meskipun sifatnya individual?
Kebanyakan orang akan setuju tentang beberapa hal menyangkut kompetisi, bahwa kompetisi akan membawa manfaat yang jelas bagi siswa yang ingin menjadi pemain musik profesional. Meskipun belum tentu menjadi juara, tetapi kompetisi memberikan kesempatan para siswa untuk menunjukan kemampuan dan pengalamannya dari proses belajar yang bermacam-macam. Dari situ pula mereka mendapat feedback yang berharga dan mereka bisa melihat apa yang ada di luar lingkungan mereka selama ini.
Dengan mengikuti kompetisi mereka pasti akan mempersiapkan diri, menambah disiplin dan keluar dari zona nyaman mereka. Dengan begitu tingkat keterampilan mereka akan meningkat secara signifikan dari proses-proses persiapan kompetisi yang dilakukan. Khususnya melalui trial and eror, dan proses yang berulang. Jiwa dan ketahanan para calon musisi yang berkaitan dengan keterampilan pentas ini sedang ditempa dengan kuat, seperti pedang baja dalam tungku api si pandai besi. Kompetisi menyediakan para siswa sebuah tempat untuk menguji ide-ide kreatif mereka, bertemu dengan peserta lain dan saling membandingkan. Serta dari situ menjalin persahabatan yang bisa memberikan feedback positif. Proses belajar dan motivasi diri adalah harga yang harus dibayar untuk meraih kesuksesan sebagai musisi dan mengikuti kompetisi akan membantu menanamkan kebiasaan ini.
Saya kenal seorang teman yang pernah mengikuti sebuah kompetisi internasional yang sangat bergengsi. Dia sudah menyiapkan diri dengan sangat baik, tetapi tidak lolos ke babak final. Meskipun begitu, salah satu juri di sana (seseorang yang sangat dihormati dalam dunia gitar) sangat terkesan dengannya dan kemudian ia membantu membuatkan tur konser untuk teman saya itu. Tur tersebut semakin menunjukan kebolehannya dan membukakan jalan yang lebih banyak lagi bagi teman saya itu!
Dampak positif memenangkan kompetisi juga jelas. Kita bisa anggap itu sebagai bonus ekstra, seperti hiasan, seperti buah cherry di atas sepotong kue, meskipun bukan kuenya itu sendiri. Kue yang saya maksud ini seperti substansi atau anggap saja batu pondasi yang orang lain tidak bisa ambil darimu. Itu adalah kecerdasan dan jiwamu, keterampilan dan kemampuanmu yang bisa kamu bagikan sesuka hatimu pada dunia.
Cherry-nya sendiri bisa diubah menjadi suatu hal lain yang lebih menyenangkan, apalagi zaman sekarang di mana segala sesuatu menjadi cair dan bisa dikonversi menjadi hal lain karena internet. Misalnya membangun personal branding dan hal-hal lainnya yang tidak bisa dibayangkan oleh generasi sebelumnya. Banyak musisi hari ini banyak yang memperoleh karir, memperlihatkan eksistensi, dan kepopuleran melalui internet. Itu dilakukan bahkan tanpa penghargaan apapun dari kompetisi gitar internasional manapun.
Q. Anda sudah menjadi juri beberapa kali di kompetisi gitar Indonesia (kompetisi gitar Valerio). Bagaimana pendapat anda tentang para peserta yang berpartisipasi dalam kompetisi ini, sejak awal anda terlibat hingga sekarang?
Saya merasa sangat beruntung diberi kesempatan menyaksikan perkembangan komunitas gitar di Indonesia, dan saya telah melihat perkembangan yang sangat menggairahkan! Secara keseluruhan level-nya telah berkembang dengan sangat baik. Saya sangat senang melihat generasi muda gitaris-gitaris Indonesia, khususnya di edisi kompetisi valerio yang terakhir. Ada yang menyertakan repertoar musik dari abad 20/21 kontemporer (atonal) ke dalam program mereka. Sebuah era yang sangat penting dan eksploratif dalam kesejarahan musik, sebagian besar dari Eropa, USA, dan Jepang, lebih jarang dari Asia. Tetapi bagaimanapun di tahun-tahun belakangan saya telah melihat beberapa perkembangan di Indonesia. Khususnya di Jawa terkait dengan niche market-nya, termasuk musik kamar (chamber music), yang sangat positif bagi kerjasama antara gitaris dan komponis, memperluas pasar baik untuk skala domestik dan internasional yang bisa memicu rangkaian konser dan festival lainnya. Kita tahu bahwa beberapa sub genre musik atonal itu sulit dicerna bagi publik umum, Tetapi ada juga jenis-jenis musik kontemporer yang lebih menyenangkan, dan bisa juga disiasati dengan menyisipkan musik yang lebih tonal. Saya pribadi telah jatuh hati dengan musik kontemporer, ketika berumur 20 tahun, ketika saya menonton resital dari seorang pianis legendaris Pierre Laurent-Aimard memainkan musik Oliver Messiaen.
Kembali ke topik pembahasan, jika akan ada perkembangan lain ke depannya, saya berharap bisa melihat lebih banyak lagi di Indonesia. Yang sangat saya nantikan misalnya ada gitaris-gitars yang terinspirasi dari pentas musik instrumen lainnya, musik kamar, orkestra, musik vokal, opera, dan semua genre musik yang lain, khususnya repertoar barunya! Jadi, sebagai contoh, Kalau kamu memainkan musik dari Frdinando Carulli, maka dengarkanlah juga musik dari W.A Mozart, karena kamu akan mendengar pembentukan frasering dan artikulasi yang sama, hingga bisa menerapkan template yang sesuai. Kalau kamu memainkan musik Mauro Giuliani, dengarkanlah opera-opera Gioachino Rossini. Kalau kamu memainkan musik Bach, akan lebih baik kalau kamu membuat transkripsimu sendiri, berdasarkan sumber yang orisinal, dan bukan hanya meniru cara main gitaris lain saja.
Mendengarkan dan “mengimitasi” bukanlah hal yang buruk, karena dari situ pula sejarah musik bisa berevolusi! Bayangkan 300 tahun lalu, kamu tidak bisa menonton YouTube, atau mendengarkan rekaman. Dalam konteks itu, satu set karya Potpourri dari Giulliani secara literal dibuat untuk orang yang tidak bisa menyaksikan opera dari Rossini, mungkin karena tidak bisa membeli tiketnya. Mereka datang ke ruang-ruang pertemuan (salon/gathering) untuk mendengarkan versi miniatur opera (salon music). Contoh lain, ketika J.S Bach berumur 20 tahun di musim gugur 1705, di masa masih jarang sekali ada jalan di Eropa, dia memutuskan untuk berjalan sejauh 430-450 km dari Arnstadt ke Lubeck di Jerman untuk mendengar pentas Dieterich Buxtehude seorang komponis-organis terhebat pada saat itu. Maestro muda ini telah mempengaruhi banyak sekali komponis generasi-genarasi selanjutnya hingga termasuk para musisi jazz hari ini! Seharusnya setingkat itulah keseriusan komitmen yang dimiliki orang-orang dalam urusan mendengarkan musik, seolah-olah dipentaskan secara langsung hanya sekali, kalau perlu hingga tercatat dengan baik dalam ingatan, seperti halnya yang akan dilakukan para pendengar/komponis yang antusias.
Hari ini, kita hidup di dunia dan jaman yang berbeda sama sekali, diekspos secara berlebihan dengan konten yang melimpah, menuntut kapasitas perhatian dan fokus yang lebih sedikit. Gitaris-gitaris muda jaman sekarang mendengarkan musik dari Youtube yang kebanyakan adalah hasil salinan dari salinan lain yang tidak standard. Saya secara literal bisa tahu tren ini karena bisa melihat versi dan interpretasi gitaris-gitaris muda itu yang sangat jauh berbeda dari aslinya.
Memang kamu boleh bilang itu tidak buruk. Tetapi kalau tujuannya adalah konser atau mengikuti kompetisi di tingkat yang benar-benar internasional, maka status kita bukan hanya sebagai pemain tetapi juga sebagai kurator dan arkeolog seni abad lampau yang masuk sejarah musik itu. Karena itu mesti mempelajarinya sesuai dengan tradisi yang benar. Saya paham kalau musik seni barat (sebagaian besar repertoar standard konser dan kompetisi) itu lebih relevan bagi orang Barat sendiri yang familiar dengan seni dan tradisi dari sejarah mereka sendiri. Karena itulah saya berencana untuk segera membuat semacam kursus apresiasi musik yang tujuannya untuk menjembatani gap ini untuk murid-murid saya dan semua orang di Asia yang berminat, Jadi tunggu tanggal mainnya ya!
Saya ingin tunjukan rute lainnya yang lebih sulit, tetapi jauh lebih bermanfaat (lebih jauh, karena ini hal vital bagi gitar klasik standard sebagai instrumen yang punya banyak sekali kemungkinan teknik permutasi): Saya menyarankan supaya kembali ke score, kembalilah ke bluprint-nya, kembali ke awal dan lakukanlah hal yang juga dilakukan dirigen orkestra Pelajarilah score tanpa instrumen, dan tanpa rekaman dari musisi lain. Lakukan solfegio dan nyanyikan melodi, ritme-nya, rasakan dan bayangkanlah semua itu frase demi frase, persis seperti bagaimana kamu ingin musiknya berbunyi. Dengarkanlah musik dari komponis lain yang sejaman dengan komponis itu. Dengarkanlah kualitas pemainnya! Kalau ada di antara kalian yang ingin tahu dari mana harus memulai perjalanan mendengarkan, silahkan DM saya langsung. Saya bersungguh-sungguh soal ini. Saya dengan senang akan menjawab dan membantu. Yang perlu dicatat, bahwa para gitaris yang lulus dari berbagai universitas di Eropa di mana menjadi dirigien itu hukumnya wajib, biasanya cenderung lebih meyakinkan banyak juri internasional dan mendapat tempat pertama lebih banyak, karena mereka menginterpretasikan musiknya dengan lebih akurat.
Hal lainnya yang bagi saya penting untuk dikembangkan pada umumnya adalah soal suara yang diproduksi tangan kanan. Tangan kanan adalah produser suara, kuas yang kita gunakan untuk melukis di atas kanvas kita. Seperti artis Steinway yang juga bergantung dengan kerja teliti si mekanik pianonya demi produksi dan artikulasi suara yang tepat, seperti violinis yang bergantung pada presisi bow dan teknik bowing-nya yang secara literal membantunya membentuk frase; bagaimana bow berinteraksi dengan senar-senar biolanya…. Mengapa kita mesti sangat memperhatikan gerak jari-jari tangan kanan kita, bentuk kuku, dan penempatan jari pada senar? Karena dengan membuat suara yang bulat dan indah, penuh dan padat, akan memungkinkan senar-senar bergetar membentuk lengkungan sempurna (hanya bisa dilakukan dengan sentuhan yang tepat). Sehingga gitar kita (bagian top) benar-benar bisa bergetar dengan maksimal, memproyeksikan suara secara penuh ke seluruh sudut ruang konser. Itu semua adalah atribut mendasar bagi mereka calon-calon kompetitor yang sukses.
Komen terkahir untuk para peserta kompetisi tahun ini, berhati-hatilah dengan score. Bahkan jika kamu memainkan musik kontemporer. Saya mendengar ada beberapa kesalahan terjadi. Kalau berminat mengklarifikasi dan melakukan koreksi, saya mempersilahkan para finalis kemarin untuk men-DM saya. Untungnya saya juga familiar dengan repertoar yang mereka mainkan. Faktanya, komposisi abad 20 yang dimainkan di babak final kemarin, dianggap hampir seperti repertoar klasik aliran Mozart (“Mozartian”) versi abad 20. Terlalu banyak kesalahan membaca yang akhirnya mempengaruhi harmoni musiknya secara signifikan, dan banyak di antara anggota juri yang juga sangat familiar dengan reprtoar itu! Komentar lainya lagi, pelajarilah dengan baik edisi mana yang kamu mainkan. Sudah ada banyak edisi-edisi manuskrip yang lebih relevan tersedia hari ini, yang dilengkapi dengan blueprint asli dari si komponis, sehingga bisa menjadi materi untuk kreasi musikal yang lebih baik!
BACA JUGA : KETERAMPILAN MEMAINKAN MUSIK
Q. Bicara soal menilai kompetisi, bagaimana kamu (beserta juri yang lain) bisa menyimpulkan mana peserta kompetisi yang lebih baik dibanding yang lainnya? Bisakah anda menjelaskan sedikit soal parameter penilaiannya?
Ini pertanyaan yang sangat menarik, karena itu mudah-mudahan jawaban saya bisa menjadi semacam daftar hal-hal yang harus disiapkan untuk kompetisi lain waktu, kalau para kompetitor serius memperhatikan ini, dan persiapkanlah dirimu lebih baik lain waktu (khususnya repertoar)!
Sistem kriteria evaluasi bisa bervariasi di tiap kompetisi dan antar anggota panel juri. Misalnya soal sistem poin yang digunakan. Tapi jika anggota juri teliti, setidaknya mereka akan menggunkan parameter-parameter di bawah ini sebagai sistem kriteria penilaian:
Kategori menyangkut produksi suara barangkali adalah yang paling menarik, mungkin merupakan kunci bagi sebagian besar anggota juri, khususnya bagi saya. Dalam kebanyakan kompetisi, produksi suara bukanlah kategori yang terpisah dari kategori teknik, tetapi jadi satu dengannya. Tapi bagi saya pribadi, seharusnya keduanya dipisah menjadi kategori berbeda. Karena bisa terjadi masalah ketika misalnya ada peserta tertentu yang mungkin ketangkasan jarinya baik, menampilkan penjarian dan speed yang mengesankan, tetapi kurang dalam hal suara bulat yang indah hasil dari kuku jari, penempatan jari pada senar, dan gerak jarinya.
Dari isu ini, produksi suara mau tak mau harus berkaitan dengan perihal resonansi. Sehingga pemilihan penjarian dan penempatan jari menjadi langkah penting untuk memperindah kualitas suara gitar dari resonansi bawaannya yang kering, dan untuk menonjolkan harmoni serta keterampilan memainkan legato pada satu senar.
Pada penghitungan poin, biasanya digunakan sistem poin 25 atau sistem poin 100, seringkali dengan skala 60 / 70-100, seperti yang digunakan dalam kompetisi Valerio. Demi hasil alogaritma yang optimal, poin-poin tertinggi dan terendah dari semua poin anggota juri biasanya dihilangkan di akhir perhitungan untuk menghindari kecurigaan apapun yang mungkin.
Menyangkut reperotar, sangatlah penting dalam poin penilaian. Penyusunan/pemilihan repertoar yang bervariasi akan memperlihatkan kontras dan juga kemampuan dalam hal menginterpretasikan gaya periode-periode musik yang berbeda. Karena itu saya menyarankan, mainkanlah musik dari periode yang berbeda-beda, bukan hanya repertoar abad 20 saja. Memang sebagian besar repertoar gitar klasik seluruhnya kebanyakan berasal dari periode abad 20, belum termasuk subkategori dari periode itu sendiri yang tak terhitung jumlahnya. Artinya, juga penting bagi kita untuk mempunyai cukup repertoar dari periode renaisan, barok, klasik, romantik untuk mengimbangi jumlah repertoar dari abad 20. Jangan lupa juga menyiapkan karya-karya pendek karena banyak babak penyisihan yang durasinya singkat. Waspadai juga edisi dan transkripsi yang tidak dikerjakan secara optimal. Bandingkan misalnya dengan edisi Maestro Segovia dan gaya permainannya yang sangat saya kagumi, khusunya dalam memainkan musik-musik yang dibuat untuknya, meskipun saya tidak akan merekomendasikan dia dalam hal musik J.S Bach. Sedangkan untuk Frank Martin misalnya, saya akan memilih bertolak dari manuskrip asli Leeb, dan bukan edisi Universal yang diedit oleh Karl Scheit.
Q. Apa bedanya memainkan musik untuk kompetisi dengan memainkan musik untuk konser?
Secara sederhana dan idealnya, seharusnya tidak ada bedanya dalam hal integritas artistik. Karena dalam kompetisi kita berarti sedang bersaing memperlihatkan permainan musik yang terbaik di atas panggung, dan permainan yang ditampilkan kemudian dinilai oleh juri, termasuk kepribadian artistik musisi di atas panggung.
Secara umum, kompetisi pada umumnya terkesan akademis dan agak konservatif. Tapi terkadang, kepribadian artistik yang bersinar akan mengalahkan penterjemahan musik (interpretasi musikal, pembentukan ekspresi musik) yang akurat dan akademis, tergantung anggota juri dan panel juri, karena setiap anggota juri mempunyai seperangkat integritas artistik dan pedagogis, sistem nilai, dan prioritas musikal yang berbeda-beda. Seperti yang kalian lihat, penghitungannya bisa jadi rumit di sini. Bisa jadi, seperti yang dikeluhkan banyak orang, “politis”. Tapi karena setiap kelompok masyarakat boleh berperilaku “politis”, mengapa juri kompetisi tidak?
Ada beberapa mantan juara legendaris yang memenangkan banyak kompetisi di era “kejayaan” mereka, misalnya seperti Marcin Dylla atau Zoran Ducic yang mencapai kesuksesan melalui proses trial and error, hingga bisa secara diplomatis memuaskan setiap anggota juri.
Berbicara tentang kontras, adalah kualitas dalam menampilkan ide-ide musikmu secara yakin dan jelas (seolah-olah seperti 3 dimensi) di hadapan anggota juri, karena kebanyakan musik adalah tentang kontras. Jadi utamakanlah kontras dalam pemilihan repertoar di setiap babak, sehingga bisa secara jelas menampilkan kontras lebih jauh meliputi dinamika, mood, karakter, struktur (terutama ritmis), warna, artikulasi, dll.
Akhirnya, setelah lulus dari segala macam ujian dan percobaan, kamu menjadi musisi yang ulung, Kamu akan merasa lebih sebagai kapten kapal Anda sendiri tanpa perlu menyenangkan semua orang atau bahkan … siapa pun. Penontonlah yang akan mendatangi Anda. Bagaimanapun, kita tahu betapa sulitnya memenuhi selera semua orang, jadi lebih baik fokuslah membangun karakter dan niche market Anda sendiri. Ini mungkin, apalagi hari ini dengan adanya internet. Seni adalah cermin dari kesadaran manusia, oleh karena itu variasi yang tak terbatas dimungkinkan, dan memang ingin diwujudkan, baik itu interpretasi unik, transkripsi, komposisi, kolaborasi, gaya, pengg, niche, dll. Ad infinitum
Tentu saja, kamu bisa (dan harus) menunjukkan kepribadian artistikmu yang sebenarnya dalam kompetisi, itu bisa membuat kamu terlihat mencolok! Namun, mungkin itu harus dilakukan … seperti yang dikatakan J.J Quantz dan Leopold Mozart di abad18 dalam risalah mereka tentang ornamentasi “… dengan taste dan lebih hemat, untuk efek yang lebih dahsyat”. Banyak gitaris hebat mendapat juara pertama karena mereka punya atribut yang unik, baik itu dari transkripsi yang menarik, fingering, gestur panggung, tetapi dikemas secara diplomatis dan akademis.
Abstraksi Magazine ini memuat wawasan mendasar tentang pelaku-pelaku musik, khususnya pendengar dan pemain musik, serta hal-hal yang mereka lakukan dalam kegiatan musikal.
Q. Manakah yang lebih penting: kesempurnaan teknik, atau ekspresivitas musik yang dibawakan oleh musisi terutama dalam kasus kompetisi?
Singkatnya; keduanya penting. Dan kalau kamu juga bertanya mengapa? jawaban singkat kedua saya adalah bahwa teknik dan musik itu saling terkait dan tidak terpisahkan.
Teknik adalah wahana untuk mencapai ekspresi musik, oleh karena itu keduanya sama pentingnya.
Q. Kalau para kompetitor ingin mendengar beberapa saran dan tips dari anda, apa yang hendak anfa katakan pada mereka?
Dalam berhadapan dengan kompetisi, lebih fokuslah pada proses daripada tujuan akhir/hasil, dan nikmati setiap prosesnya. Apa pun yang terjadi, pengalaman pribadimu akan jadi lebih kaya! Dan itulah yang juga akan kamu berikan pada siswamu dan dunia musik. Kenangan saya yang paling indah adalah hari-hari persiapan kompetisi, motivasi, dan kegembiraan, entah bagaimana hasilnya. Kegembiraan saya adalah adalah ketika melihat sejauh apa saya bisa memaksimalkan musik sebaik-baiknya berdasarkan pengalaman dan sudut pandang baru.
Poin terakhir, saya tahu ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, tetapi rahasia dari “game kompetisi ini” adalah menghilangkan penekanan yang berlebihan untuk menang, walaupun ini terdengar paradoks. Kalau bisa lepas dari belenggu persepsi kompetisi soal menang-kalah, tubuh fisikmu nantinya akan lebih rileks, interpretasi dan teknikmu akan lebih luwes, dan kamu akan tampil optimal … dan memenangkan permainan?
Itu adalah cita-cita yang mesti kita upayakan. Pada kenyataannya, di sekitar kata “kompetisi” akan selalu ada jebakan pikiran, dan pengkondisian pikiran. Tugas kita adalah mengabaikannya dengan damai, membiarkannya melewati kita, sementara kita tetap menjaga fokus kita untuk tetap santai. Bacalah buku “Inner Game of Barry Green”, paling tidak 100 halaman pertama.
Guru saya Marco Tamayo selalu berkata di kelas teknik kami, “kecepatan adalah sebuah konsekuensi”, lalu ia membiarkan kami merenungkan sebenarnya tentang apa ini? Melihat tangannya bergerak tanpa susah payah dengan setiap gerak jari yang sesuai, dan dengan efisiensi gerak yang sempurna, saya bisa lihat kalau dia memang sedang … santai. Banyak pemain juga setuju bahwa kecepatan adalah konsekuensi dari relaksasi. Tapi begitu banyak gitaris yang ingin bisa menguasai speed, dan berusaha melakukan speed dengan otot jari yang menegang karena berusaha keras. Ups, justru speed hanya bisa dicapai dari sisi sebaliknya, yaitu relaksasi di setiap gerakan jari. Ada celah waktu di antara masing-masing nada. Jadi santai saja.
Tidak perlu terikat dengan hasil akhir, karena hasilnya akan datang sendiri kepadamu lewat benih yang telah kamu tanam sendiri, dan lewat setiap langkah dan pilihan yang kamu ambil. Oleh karena itu, penting untuk membangun teknik dan fondasi musik yang baik dengan studi sistematis. Pikiran bawah sadar sangat kuat, dia bisa belajar layaknya komputer, dan menyusun kembali pola-pola yang kamu buat dengan mudah, misalnya presisi waktu yang kamu latih dalam mengeksekusi not. Manfaatkan itu, dan bentuklah sesuai dengan itu.
Panduan ini memuat wawasan mendasar tentang latihan beserta langkah-langkah penerapan cara berlatih yang efisien dan efektif untuk memperoleh keterampilan musikal yang optimal.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.