ASCOLTATE #33 TETAP DALAM VIRTUAL. Hadir di penghujung bulan Oktober 2020 kemarin, untuk kedua kalinya, Ascoltate menyelanggarakan konser secara virtual yang disiarkan melalui kanal Youtube ascoltate music.
Konser dimulai pada pukul 19.00 WIB, dibuka dengan kata sambutan dari Ibu Fortunata Tyasrinestu selaku direktur Pascasarjana ISI Yogyakarta.
Ascoltate #33 menampilkan serangkaian program yang terdiri dari format solo dan duo. Dengan tiga orang penampil utama, yaitu:
Mereka tidak lain adalah mahasiswa program pascasarjana ISI Yogyakarta yang mengambil konsentrasi pertunjukan musik.
BACA JUGA : CARA MEMULAI LATIHAN MENDENGARKAN MUSIK KLASIK
Sebagai wadah apresiasi musik, Ascoltate turut memberi kesempatan tampil bagi para mahasiswa sebagai ajang latihan mengkomunikasikan musik pada para pendengar umum.
Ascoltate ini memang dirancang untuk menjadi tempat latihan bersama, baik mendengar ataupun memainkan musik.
Prioritas sasarannya lebih ditujukan pada para pendengar atau pecinta musik pada umumnya.
Sehingga, tantangannya bagi para pemain adalah bagaimana mereka yang biasanya bermain di lingkungan pendengar akrab, sekarang harus berkomunikasi dengan pendengar umum yang pengalaman mendengarnya sangat bervariasi.
Sedangkan bagi pendengar umum sendiri, tantangannya adalah bagaimana mereka bisa secara penuh menyimak setiap nada demi nada dari genre musik yang jarang mereka dengarkan.
BACA JUGA : ASCOLTATE #32
Pada konser Ascoltate yang ke 33 ini, kita para pendengar diajak untuk masuk ke dalam pengalaman mendengar yang ringkas namun padat.
Pentas musik dengan format solo dan duo, membuat program ini cocok bagi kita yang baru saja memulai latihan apresiasi musik. Khususnya mengapresiasi genre musik yang belum begitu populer, namun baik sebagai suplemen pengalaman mendengar kita.
Format solo memungkinkan kita bisa fokus pada bunyi satu instrumen saja. Meskipun, kalau instrumennya berupa instrumen harmoni seperti piano dan gitar, mau tidak mau kita akan mendengarakan banyak suara. Meliputi, suara melodi, iringan, dan bas.
Tetapi, dalam hal warna suara atau timbre, setidaknya format solo atau duo akan jauh lebih sederhana. Tentunya jika dibandingkan fromat besar seperti orkes yang terdiri dari banyak jenis instrumen.
Rerpertoar yang dibawakan 3 orang musisi ini terbilang sangat beragam, namun dengan durasi pendek sekitar 3-5 menit.
Yang pertama, Sekar membawakan dua nomor repertoar vokal dari Ananda Sukarlan. Masing-masing berjudul:
Lirik dari kedua nomor ini diambil dari puisi Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan Indonesia yang baru saja tutup usia di bulan Juli 2020 kemarin.
Pada dua nomor repertoar tersebut, bisa dibilang isu yang paling utama adalah melodi vokal yang khas dinyanyikan pada gaya-gaya musik seriosa.
Sedangkan dari Ricky, para pendengar disuguhkan timbre gitar yang sederhana tetapi dengan harmoni komposisi yang kaya pada repertoar Quatre Pieces Breves.
Ricky membawakan dua bagian dari komposisi Frank Martin. Masing-masing adalah:
Air mengadopsi gaya musik Renaisans dengan karakter yang liris dan bernuansa tenang.
Kemudian, dikontraskan dengan Prelude dengan harmoni dan nuansa bunyi yang lebih modern. Cenderung lebih ekspresif dan bertempo cepat.
Di dalam Prelude ini juga terdapat beberapa lonjakan-lonjakan dinamika dan akselerasi tempo yang mencolok dan merangsang sensibilitas telinga kita.
Terakhir, konser Ascoltate ditutup oleh permainan solo snare drum dari Ridhlo Gusti Pradana. Dua buah repertoar yang dimainkannya masing-masing adalah:
Dari dua repertoar terakhir yang dimainkan Ridhlo, pendengar disuguhkan dengan bermacam-macam permainan ritimis dan eksplorasi timbre pada snare drum.
Meskipun dengan kerapatan ritmis yang terkesan konstan, namun dalam karya Rhythmania banyak variasi aksen menarik dari repertoar yang terbilang pendek ini.
Sedangkan pada karya Noise yang berjenis improvisasi, permainan musikalnya cenderung lebih dinamis. Yaitu, dinamis dalam hal kerapatan dan pola ritme, penempatan aksen, eksplorasi timbre, dan momentum sebagai kombinasi dari semuanya itu.
Tidak hanya snare drum, pada karya Noise, Ridhlo juga memanfaatkan berbagai timbre dari instrumen rebana, stand part, dan beberapa macam suara teriakan dari Ridhlo sendiri. Serta ada juga penggunaan telapak tangan sebagai alat pukul yang terbilang jarang dalam permaianan snare drum.
Konser Ascoltate ke 33 berakhir dalam durasi total sekitar 30 menit. Bagi yang belum sempat menyaksikan bagaimana para instrumentalis dan vokalis ini menampilkan beberapa repertoar menarik, langsung saja kunjungi kanal Youtube ascoltate music, atau langsung putar pada video tanam di bawah ini:
01 November 2020
Worksheet ini bertujuan untuk membantu kita agar lebih peka terhadap element-element utama musik ketika kita mendengarkan musik.
Dukung kami untuk menghasilkan konten-konten berbasis pengetahuan yang berkualitas.